Dingin malam ini ku seduh secangkir kopi. Ku nyalakan rokok dan ku hisap buang kenikmatannya.
Tembakau terlebur dalam detik yang berlalu. Seakan memahamkanku tentang waktu.
Waktu dimana khilafku mengharuskan mimpi menjadi wujud.
Rasa membara di dada. Harus menerima kenyataan untuk sesuatu yang di pujanya. Semangat berlari berakhir untuk berhenti.
Butuh waktu teramat lama untuk maklum akan keberlakuan dunia. Berkorban untuk kerelaan. Pengorbanan untuk pendewasaan.
Semakin larut ku termenung,
Ku bawa imajinasi di waktu saat ini.
Dan tersadar bahwa dunia memang penuh keindahan.
Tetapi apa daya, usia hanya sepuntung bara.
Rizqi Triyanto, 05 Agustus 2022