Lihat ke Halaman Asli

Flutterdust

Muhammad Fa'iq Rusydi - Mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Rokok dan Kopi Ibarat Sambal, Ikan, dan Nasi

Diperbarui: 21 April 2023   04:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Penulis

Hujan tak henti-henti membasahi jalan, kaki rasanya pegal menyangga badan. Satu sampai dua jam, angin menyusul. Aku memilih warung pecel lele menjadi tempat persembunyian dari hujan, bersama Ica yang kebetulan berpapasan setelah jam pelajaran. 

Kebetulan lagi, warung pecel lele ini berdekatan dengan toko yang tadinya menjadi payung teduh buat kami. Terasnya hanya selangkah kaki, oleh susulan angin, hujan yang datang dari tadi kemudian menerpa muka toko. 

Setelah saling bertatap mata dengan Ica, kami segera beranjak, seakan-akan telah mengerti barangkali sewaktu hujan angin turun, toko akan tutup. Ibu toko sudah dari awal menyapa kami, mempersilahkan masuk ke dalam, namun tidak kami iyakan karena sungkan. Kami pamit memilih beranjak ke warung pecel lele sembari mengisi pondasi untuk perut, supaya badan dan kaki tidak goyah.

                “Kamu mau pesen apa, Ca?”

                “Nasi setengah sama pecel lele.”

                “Okeh. Minumnya?”

                “Teh anget, deh.”

Setelah pesan makanan yang sama, Aku duduk sebangku dengan Ica. Goyang lampu philip yang ditiup angin, sejenak memecahkan hening pandangan Ica.

                “Kamu bukanya dari Lamongan?”

                “Iya.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline