Lihat ke Halaman Asli

Flafianus Jeadun

Guru SMP Negeri 6 Kupang dan Penulis Blog penaguruntt.com

Pembelajaran di Sekolah Kembali 50 Persen, Apa Dampaknya?

Diperbarui: 11 Februari 2022   17:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Lagi-lagi!, baru hirup udara segar dimana pembelajaran disekolah dilaksanakan 100 %, eh kembali lagi 50 %, Pembelajaran menjadi tidak normal lagi. Apalah daya dunia pendidikan saat ini hanya bisa menyesuaikan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. 

Sekolah gonta ganti jadwal pembelajaran hampir setiap bulan, ini bukan pekerjaan ringan tetapi pekerjaan yang sulit karena menyesuaikan dengan perkembangan atau situasi Pandemi Covid-19 dan Omicron disetiap daerah. Pertanyaan apakah sekolah selalu siap dengan situasi tersebut yang selalu berubah-ubah. 

Jawabanya belum tentu, karena hampir setiap daerah sebenarnya selama bulan januari sudah melaksanakan pembelajaran 100%, tetapi awal bulan februari sudah menerapkan PPKM level 2 ini merupakan pekerjaan sekolah untuk selalu mengantisipasi terhadap situasi saat ini. Bukan tidak mungkin jika lebih parah lagi akan kembali pembelajaran online. 

Kemudian siapa yang menjadi korban dalam pelaksanaan pembelajaran yang selalu gonta ganti tentu siswa baik dari jenjang TK, SD, SMP, dan SMA/SMK. Kondisi ini membuat kurikulum pembelajaran disekolah hampir kehilangan arah.

Awal pembelajaran 100 % ada sekolah yang mengabaikan pengunaan aplikasi pembelajaran yang biasa dipakai saat pemberlakuan pembelajaran online kurang lebih 2 tahun terakhir. Sekolah menganggap Pandemi Covid-19 sudah berakhir sehingga tidak perlu lagi mengunakan media pembelajaran online bahkan hilang total. 

Belum lagi kemampuan oknum guru yang kurang menguasai IT dan oknum tersebut merasa merdeka disaat pembelajaran 100 % langsung disekolah. 

Guru sering salah kaprah dengan pengunaan media pembelajaran online, seolah-olah media tersebut hanya digunakan saat pembelajaran online saja sedangkan pembelajaran 100 % dan 50 tidak perlu digunakan lagi. 

Belum lagi ujian berbasis kertas masih saja tetap ada disekolah-sekolah tertentu. Akan berdampak emahnya daya serap siswa terhadap mata pelajaran tertentu.  

Sekolah masa kini harus bisa memanfaat platform media pembelajaran online, ujian berbasis kertas seharus pengunaanya dikurangi dan diganti dengan ujian online. Fakta menyedihkan lagi jika aturan sekolah melarang siswa mengunakan android saat pembelajaran berlansung disekolah, menurut penulis ini semakin parah jika kebijakan tersebut diterapkan. 

Kenapa demikian, saat pemberlakuan pembelajaran online dirumah siswa sudah terbiasa mengunakan android. Pertanyaan kenapa tidak dibiarkan saja siswa membawa android ke sekolah. Alasannya takut siswa mengunakan android bukan untuk pembelajaran tetapi mengunakan ke hal-hal yang negatiif, nah ini pekerjaan berat untuk sekolah, apakah mengunakan aturan konvensional atau mengikuti perkembangan teknologi masa kini. 

Kementerian pendidikan, kebudayaan riset dan teknologi sudah menyiapan platform pembelajaran untuk  semua gtk, namun tingkat partisipasi guru mengikuti pelatihan yang disiapkan sangat rendah, entah faktor penyebabnya mungkin kurang literasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline