Lihat ke Halaman Asli

Menantang Batin (Part: 01)

Diperbarui: 4 Februari 2023   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi: palembang.tribunnews.com 

Sebelum H-1 pulang dari tempat KKN. Ketika aku keliling asrama di sebuah pesantren tempat bertugas untuk mengontrol kegiatan belajar malam para santri. Tiba-tiba datang seorang remaja dengan wajah terlihat sedih. Sebelum sempat aku menyapanya, dia yang memulai pembicaraan "Kakak besok sudah kembali ke ma'had, boleh tidak kak nanti kalau kakak pulang, aku ingin curhat dengan kakak" Aku tersenyum mendengarnya,"O ya tentu boleh, ya sudah apa nama instagram kamu dek" jawabku.

Singkat cerita, aku menemaninya untuk mengambil nomor WA yang berada di atas rak buku. Sambil menunggu, gantian aku yang membuka obrolan, "Kenapa kamu tidak curhat sekarang aja, kan kakak masih disini." Dan dia pun malah menangis.

Sontak aku merasa iba dan sedikit penasaran, apa gerangan yang ia alami. Sedangkan sudah hampir 2 minggu aku mengajar di tempat ini dia tidak sama sekali 'caper' (cari perhatian) pada ku. Tapi aku cukup mengetahui siapa namanya.

Dia anak yang pendiam tidak banyak berbicara, tapi ia adalah murid yang aktif. Sekali pernah aku mengajar di kelasnya, dia berani maju kedepan untuk memberikan kesimpulan dari materi yang aku sampaikan. Tapi ternyata kehidupannya penuh dengan luka. Prihatin, memang benar-benar keadaanya memprihatinkan.

Dia terus saja menangis malam itu, dan aku masih dibuatnya penasaran. "2 laki-laki di hidup Atin sudah meninggal dunia" ungkapnya tersedu-sedu. Dari sini aku bisa menangkap jika gadis umur 16 tahun ini sudah ditinggal oleh ayahnya. "Lantas siapakah laki-laki yang satunya?" tanyaku dalam hati.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline