Lihat ke Halaman Asli

Fery Farhati

TERVERIFIKASI

Parent Educator

Puasa, Momen Terbaik untuk Mengajarkan Kebaikan pada Anak

Diperbarui: 2 November 2023   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

'Puasa itu tidak boleh makan dan minum.'

Konsep itu bagi kebanyakan anak, akan terdengar aneh dan membingungkan. Apalagi selama ini orang tua terbiasa berpesan "Ayo.. makan yang banyak supaya sehat!" atau "Makanannya dihabiskan ya biar kuat!". Selain membingungkan buat anak,  proses mengajarkan berpuasa juga bisa jadi dilema dan tantangan tersendiri bagi orang tua.

Di sisi lain, Puasa Ramadan adalah ibadah tahunan yang istimewa bagi umat muslim. Berbeda dengan ibadah lainnya. Puasa adalah ibadah untuk Allah dan Allah yang akan memberi  pahala secara khusus.

Tak mengherankan, orang tua punya perhatian khusus pada anak-anaknya dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadan. Sejak kecil, anak sudah biasa diajarkan berpuasa. Ada yang sejak kelas satu SD, atau di usia tertentu. Hal ini tentu tergantung pilihan setiap orang tua, kapan ingin mulai mengajarkan puasa ke anaknya.

Di tengah banyaknya berkah, bulan Ramadan juga menjadi momen penting untuk mengajarkan kebaikan pada anak.

1. Momen meningkatkan ibadah dan belajar banyak hal, termasuk dari kejadian sederhana 

Bulan Ramadan tentu jadi momen meningkatkan kualitas ibadah.Selain berpuasa, kita, orang tua, bisa melatih ibadah lain seperti membaca Al-Qur'an, Shalat Tarawih yang di mata anak kecil mungkin terasa sangat panjang, memperbanyak zikir, bersedekah, dan lainnya.

Dengan memberi contoh, kita sekaligus membiasakan anak untuk meningkatkan kualitas ibadah. Dari sini, anak bisa belajar bahwa dibalik aktivitas ibadah yang terlihat "merepotkan", terkandung makna yang sangat mendalam.

Di sisi lain, saking istimewanya ibadah di bulan Ramadan, terkadang kita lupa akan kejadian sederhana yang penuh pembelajaran dan pesan moral di luar ritual ibadah.

Sebagai contoh, anak batal puasa dan nilai kejujuran. Ketika anak memohon untuk membatalkan puasa setengah hari, kita perlu memutuskan untuk mengizinkan atau tidak. Seringkali kita fokus pada kuantitas, bahwa puasa yang baik itu puasa sampai azan Magrib. Padahal, saat anak mengaku lapar, hal ini jadi momen mengajarkan kebaikan paling mendasar, yaitu kejujuran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline