Lihat ke Halaman Asli

Rohingya Diusir Demi Ladang Gas Raksasa di Rakhine (1)

Diperbarui: 12 September 2017   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ladang Gas Raksasa Shwe Gas Project dan Pipa Minyak dan Gas dari Kyaukpyu, Rakhine Myanmar dan Ruili, Yunan Cina (dok: Reuters/Shwe.org)

Diakhir pemaparan tulisan ini, anda dapat mengambil kesimpulan sendiri:
1. Mengapa Suu Kyi bungkam?
2. Anda akan tahu konflik ini tidak hanya berlatar belakang etnis tetapi juga berlatar belakang motif ekonomi atau tepatnya fulus para Jenderal Junta Militer Myanmar?
3. Negara atau perusahaan mana saja yang bermain di pusaran konflik ini.

Ternyata di Provinsi Rakhine dimana etnis Rohingya bermukim, ada SHWE NATURAL GAS PROJECT (Shwe dlm bahasa Myanmar artinya adalah Emas) dimana terdapat salah satu cadangan gas raksasa di dunia 60 km di lepas pantai Rakhine yg dikuasai oleh Pertamina nya Myanmar "Myanmar Oil and Gas Enterprise" (MOGE). Perusahaan ini merupakan kepunyaan dan dioperasikan oleh JUNTA MILITER Myanmar.

Dan pembeli terbesarnya adalah Pertamina nya Cina "China National Petroleum Cooperation" CNPC yg disalurkan lewat pipa minyak dan gas bumi ke Provinsi Yunnan, Guizhou dan Guangxi Cina.

Menurut laporan dari Kantor Berita Cina "Xinhua" pada 2013 yll, Proyek pipa tersebut terdiri dari pipa minyak mentah dan pipa gas alam, yang mengalir dari pelabuhan Kyaukpyu di pantai barat Myanmar ke Ruili di Propinsi Yunnan China. Pipa minyak mentah tersebut dimasukkan ke dalam operasi formal bulan lalu, sementara pipa gas mulai beroperasi penuh pada 2013.

Untuk anda ketahui Kyauk Phyu adalah tempat bentrokan Rohingya dengan penduduk setempat bulan Juni - Oktober 2012 yll. Menurut PBB ada 22.587 penduduk termasuk umat Muslim dan etnis Budha Rakine terpaksa mengungsi ke  Thechaung.

Jika di total kerusuhan yang meletus sejak Juni lalu total warga pengungsi telah mencapai 100 ribu jiwa. Yang menjadi khas dari kerusuhan ini, rumah pengungsi yang ditinggalkan selalu dibakar, sehingga sepertinya sang penyerang ingin memastikan menghapuskan jejak Rohingya dan tidak ada jalan untuk pulang kembali.

Setahun kemudian terminal gas dan minyak di Kyauk Phyu berlanjut.

Seorang perempuan di tengah puing-puing rumah yang dibakar di perkampungan Muslim di Kyauk Phyu, negara bagian Rakhine Oktober 2015.(dok: VOA Indonesia)

Seorang perempuan mengangkut kayu bakar di perkampungan Muslim yang dibakar di Kyauk Phyu, Rakhine.(dok: VOA Indonesia)

 

Pipa minyak juga ditanam berdampingan, ini adalah rencana Cina untuk menampung minyak dari Timur Tengah dan Afrika, sehingga tidak perlu pengapalan melewati jalur Selat Malaka.

Proyek ini penting untuk pembangunan konektivitas dan infrastruktur di antara koridor ekonomi Bangladesh, China, India dan Myanmar (BCIM), serta China dan Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN).

Untuk anda ketahui 80% gas dari Shwe project mengalir ke Cina selama 30 tahun (saya jadi teringat lapangan Gas Tangguh Papua yg hampir semuanya diekspor dan menyisakan sedikit untuk Indonesia), berikut laporan laman "Myanmar Eleven":

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline