Lihat ke Halaman Asli

Felix GBNugraha

Pekerja Swasta

Kehidupan Bermula di Laboratorium Surga

Diperbarui: 24 Agustus 2023   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://id.pinterest.com/pin/ASl79FEkoC78Duco7ZPBO-miS87oj9wqB6F97u6wGowAbgrbORQHZN4/

Manusia selalu merasa penasaran dan ingin mengetahui akar sejarah kehidupan ini. Berbagai teori, mulai dari yang bersifat filosofis hingga yang didasarkan pada ilmu saintifik, telah dikembangkan dari waktu ke waktu untuk mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Di sisi lain, berbagai keyakinan religius juga menjabarkan tentang bagaimana penciptaan bermula melalui lensa kepercayaan masing-masing. Alhasil, segala perspektif tentang bagaimana kehidupan ini bermula kembali kepada sudut pandang yang menerjemahkannya.

Kehidupan memiliki sebuah ciri unik pada perjalanannya. Dimana ia memiliki batas awal dan juga memiliki batas akhir. Batas-batas ini memberi petunjuk dalam mendefinisikan kehidupan atau makhluk hidup, yaitu petunjuk yang menjadi pembeda antara benda mati dan makhluk hidup. Dan dalam keseharian di realitas kita, kita menyebut batas ini sebagai fase kelahiran dan fase kematian. Dengan demikian segala yang bermula memiliki akhir, dan segala yang hidup akan mati.

“We can allow satellites, planets, suns, universe, nay whole systems of universes, to be governed by laws, but the smallest insect, we wish to be created at once by special act”, kutipan tersebut merupakan kata-kata seorang ilmuwan biologi atheis yang tersohor, bernama Charles Darwin. Yang di ujung kalimatnya, ia menyatakan kata “created at once by special act” atau diciptakan pada suatu waktu dengan cara yang khusus. Bahkan seorang Darwin pun menyadari bahwa ada suatu Entitas yang mampu menciptakan kehidupan dengan metode yang luar biasa.

Secara teoritis, semua bentuk dan entitas di dunia ini terjalin dalam suatu jaringan keterikatan yang kompleks. Ini terjadi karena setiap zat atau substansi dalam berbagai bentuk adalah hasil dari kombinasi elemen atom, di mana dua atau lebih unsur atom bergabung membentuk senyawa. Senyawa ini selanjutnya membentuk molekul dan ion, yang terikat bersama menjadi berbagai jenis materi. Materi-materi ini, pada gilirannya, mengikat satu sama lain dan membentuk entitas yang lebih besar dan kompleks, yang dapat diamati, disentuh, dan dirasakan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, setiap bentuk dan entitas di dunia ini adalah hasil dari manifestasi energi awal yang membentuk dasar alam semesta. Energi ini memiliki sifat yang abadi, mengalami perubahan bentuk dari satu ke bentuk lainnya, namun tidak akan pernah benar-benar musnah. Energi awal ini berubah menjadi unsur-unsur yang merupakan komponen dasar alam semesta kita. Dengan kata lain, semua bentuk materi dan wujud adalah hasil perubahan dan penggabungan energi yang terus berlanjut, mengalir dalam suatu siklus yang tak kita ketahui muaranya.

Mungkin akan muncul pertanyaan baru, yaitu mengapa beberapa manifestasi energi menjadi makhluk hidup sementara yang lain tidak, mengingat "wujud" adalah hasil dari manifestasi energi. Inilah titik di mana pengetahuan dan kebijaksanaan menjadi lebih bersifat artistik. Mari kita telaah pertanyaan ini dengan lebih mendalam. Bisakah benda mati seperti batu menjadi makhluk hidup? Jawabannya adalah mungkin. Bisakah air menjadi makhluk hidup? Jawabannya juga mungkin. Ini karena unsur-unsur yang ada dalam benda mati pada dasarnya juga terdapat dalam makhluk hidup. Dengan kata lain, benda mati adalah materi yang menjadi dasar pembentukan kehidupan.

Namun, yang membedakan antara benda mati dan makhluk hidup adalah bagaimana energi dan interaksi antar energi terjadi. Semua materi, termasuk benda mati, terdiri dari unsur-unsur yang sama dengan yang ada dalam makhluk hidup. Ketika materi ini menerima energi dan mengalami interaksi yang sangat kompleks dan teratur antar energi tersebut, maka kehidupan dapat terjadi.

Sama halnya dengan sebuah handphone yang Anda pegang, tanpa energi yang mengalirinya, handphone tersebut hanya akan menjadi objek mati. Namun, ketika energi listrik dari baterai mengalir ke dalamnya, sesuatu yang dulunya mati menjadi hidup. Proses ini melibatkan reaksi energi kimia yang mengubahnya menjadi cahaya di layar, energi elektromagnetik dalam sinyal, energi suara melalui speaker, dan banyak lagi. Kehidupan ini terwujud melalui interaksi energi yang kompleks dan sangat terorganisir. Energi dalam satu komponen materi merespons energi lainnya untuk menghasilkan hidup.

Makhluk hidup juga memiliki bentuk reaksi energi yang kompleks di dalamnya. Proses ini melibatkan keterikatan energi yang luar biasa rumit. Energi dalam suatu materi bereaksi dengan energi yang mengaktifkannya, dan kemudian terikat dengan energi dalam materi lain, membentuk suatu rangkaian interaksi yang menciptakan kehidupan. Namun, energi yang mampu memicu keterikatan begitu rumit hingga menghasilkan kehidupan dalam makhluk hidup jauh lebih besar daripada yang dapat kita pahami saat ini.

Energi ini melebihi batas pemahaman dan pengetahuan manusia saat ini. Energi ini adalah "energi kehidupan," suatu bentuk energi alam semesta yang memiliki kemampuan unik untuk menghidupkan materi pembentuk kehidupan. Itu adalah daya pendorong di balik kompleksitas dan keragaman kehidupan yang kita lihat di alam semesta ini.

Energi kehidupan mengalir dalam irama detak jantung kita. Ia datang di dalam keterikatan yang lebih awal bersama kedua orang tua kita, memberi kita peluang untuk merasakan keindahan hidup ini. Energi kehidupan terus mengalir, memberi kita kesempatan untuk menyaksikan kehadiran cinta dalam bentuk buah hati yang lahir ke dunia. Seiring waktu berlalu, energi kehidupan ini akan mengalami perubahan, melepaskan keterikatannya dari wujud di dunia ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline