Lihat ke Halaman Asli

febrina dwi anggraini

mahasiswa/universitas airlangga/antropologi

Analisis Teori Kebudayaan dan Kepribadian

Diperbarui: 29 November 2022   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar : Dokumentasi oleh Penulis

Pagelaran Kesenian Ludruk di Surabaya dalam Teori Fungsionalisme

Objek kebudayaan lokal adalah suatu hasil kebudayaan yang ada pada masayarakat daerah tertentu dan menjadikan hal tersebut suatu ciri khas suatu daerah. Pasal 5 mengenai objek kebudayaan meliputi, yaitu tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, dan olahraga tradisional. 

Surabaya merupakan sebuah kota yang berada di wilayah Provinsi Jawa Timur. Kota Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur yang menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian dari Provinsi Jawa Timur yang sekaligus kota metropolitan terbesar di provinsi tersebut. 

Surabaya termasuk kota terbesar kedua setelah Jakarta yang terletak di pantai utara Pulau Jawa bagian timur dan berhadapan dengan Selat Madura serta Laut Jawa.

Kota Surabaya juga sering dikenal dengan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan Arek-arek Suroboyo (Pemuda-pemuda Surabaya). Karena kota Surabaya merupakan kota metropolitan dan kota terbesar kedua setelah Jakarta, maka tidak bisa dipungkiri bahwa kota Surabaya juga kota yang beraneka ragam ras, etnis, dan suku. 

Karena hal tersebut, kota Surabaya juga memiliki banyak kebudayaan di setiap daerahnya, mulai dari adat istiadat, kesenian, bahasa, dan lain sebagainya. 

Adat istiadat yang ada di kota Surabaya tak beda dengan adat istiadat Jawa Timur-an daerah lainnya. Salah satu yang menjadi ciri khas dari kota Surabaya ialah bahasa jawanya yang berlogat medok. Dalam objek kebudayaan di kota Surabaya terdapat satu ikon seabgai identitas kota Surabaya, yaitu kesenian ludruk.

Di Surabaya sendiri terkenal akan ciri khasnya yaitu kesenian ludruk. Kesenian ludruk merupakan teater dari Jombang yang menggunakan bahasa Jawa dengan dialek Jombang-Surabaya tataran ngoko. Meskipun sejarah awal kesenian ludruk berasal dari Jombang, namun kesenian ludruk berkembang pesat di Surabaya. Keberadaan ludruk di masyarakat sudah ada sejak 1920 oleh Pak Santik tokoh seniman dari Jombang. 

Penampilan ludruk berawal dari kesenian ngamen yang berisi syair – syair dan iringan musik. 

Namun, setelah melewati beberapa periode di masa penjajahan, ludruk digunakan sebagai hiburan teater yang menyajikan cerita – cerita lokal tradisinonal, kisah – kisah heroik pada masa penjajahan, kehidupan orang – orang kelas bawah, dan cerita – cerita yang berfokus pada hiburan.

Seiring dengan perkembangan dari masa ke masa, maka perkembangan kesenian ludruk dapat dikategorikan dalam beberapa periode, diantaranya:

  • Periode Lerok Besud (1920 – 1930)
  • Periode Lerok dan Ludruk (1930 – 1945)
  • Periode Ludruk Kemerdekaan (1945 – 1965)
  • Periode Ludruk Pasca G30S PKI (1965)
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline