Lihat ke Halaman Asli

Fazlur Ansyari

Founder Muda Membangun Indonesia

Kolaborasi adalah Kunci Indonesia Emas 2045

Diperbarui: 24 Maret 2021   19:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

AMANAT PEMBINA UPACARA PADA SAAT PELANTIKAN ANGGOTA HIMA TKN 2018

Muqaddimah . . . 

Di awal tahun 2016 World Economic Forum merilis tentang 10 skills yang harus dimiliki oleh penduduk dunia agar mampu bertahan dan tidak tenggelam oleh zaman, beberapa di antaranya adalah people management, coordinating with others, negotiation, dan cognitive flexibility. Semua skills itu akan terasah jika kita sering berkolaborasi dengan banyak orang, dengan banyak pikiran, dan bahkan dengan banyak kepentingan. 

Di era disruptif ini akan sangat banyak orang yang bersaing dan berusaha mengalahkan orang lain, kenapa??? Karena itu adalah bagian dari adaptasi masyarakat global untuk tetap bertahan dan tetap exist di era ini. 

Namun ada cara agar kita semua mampu lebih bertahan tanpa harus berusaha mengalahkan orang lain, cara itu adalah dengan berkolaborasi, bekerjasama untuk mencapai satu tujuan, berkarya bersama untuk menggapai tujuan tertentu, dan cara-cara kolaborasi lainnya.

Saya jadi teringat tentang salah satu penemuan yang revolusioner dari Niels Bohr yaitu teori atom yang ditemukannya menjadi landasan teori atom modern yang kita pelajari hingga saat ini. Teori itu tidak akan mampu ditemukan tanpa ada campur tangan dan kolaborasi dengan Rutherford (penemu model atom planet) dan juga J.J. Thomson (penemu model atom roti kismis).

Saya juga teringat bagaimana kolaborasi yang sangat brilian dari teman dan lawan politik pada saat perjuangan kemerdekaan dan awal kemerdekaan Indonesia. 

Sebelum kemerdekaan Sjahrir memperkuat basis gerakan bawah tanahnya, Sukarno dan Hatta memperkuat sisi negosiasinya, Tan malaka dan Soedirman bergerak di garda depan. 

Dan setelah kemerdekaan Sjahrir dan Hatta bergerak di bidang diplomasi luar negeri untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan, Tan malaka dan Soedirman memperkuat garda depan sebagai antisipasi agresi militer Belanda, dan Sukarno sebagai presiden memperkokoh perjuangan kemerdekaan di dalam negeri dengan kemampuan penggalangan massanya. 

Walaupun ada beberapa cekcok di antara mereka namun kolaborasi kekuatan itulah yang membuat kemerdekaan Indonesia yang masih sangat rentan menjadi kokoh bertahan dari serangan para penjajah.

Fazlur Ansyari saat menjadi Pembina Upacara Pelantikan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline