Lihat ke Halaman Asli

Jangan Sampai Dedi Mulyadi Maju di Pilgub Jawa Barat

Diperbarui: 2 September 2017   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dedi Mulyadi diselamatkan dari kawanan teroris oleh petugas dalam kegiatan simulasi (pikiran-rakyat.com)

Judul artikel saya kali ini memang agak seram, ya bolehlah dikatakan "ngeri ngeri sedap". Ngeri karena situasi dan kondisi yang tergolong bahaya ini justru tengah terjadi. Sedap karena lumayan seru untuk diikuti, panas dingin di satu sisi, namun sangat menyegarkan jika dilihat dalam konteks yang lain.

Dedi Mulyadi sebagai bakal calon kandidat Gubernur Jawa Barat periode 2018 -- 2023 memang sebuah fenomena. Anak kampung dari Pantura, Subang, Jawa Barat ini berhasil menarik perhatian beberapa kalangan, baik mereka yang pro, maupun mereka yang misuh-misuh kontra dengan berbagai macam sajian isu.

Padahal, elektabilitas Bupati Purwakarta itu tidak seberapa, Cuma 14% saja atau tepatnya di peringkat ketiga, itu pun menurut salah satu lembaga survei yang sering membela tetangganya. Selain elektabilitas seadanya, Dedi Mulyadi pun tidak memiliki relasi pengusaha bonafid yang bisa dia gunakan menjadi "bohir" dalam Pilgub Jawa Barat 2018 tahun depan.

Diatas itu semua, orang ini jauh dari level ganteng maksimal apalagi untuk sekedar acting di depan kamera, He is suck!!!

Tetapi, diantara dua nama lain yang mengungguli hasil survei, yakni Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar, Dedi Mulyadi menjadi nama yang paling banyak mendapatkan resistensi. Konstelasi internal partainya (Golkar) banyak diganggu oleh kandidat lain yang mengemis secara halus dengan lontaran kenikmatan surgawi. Secara eksternal, isu SARA telah nyata-nyata menghantam dirinya dengan aneka bumbu yang dikemas, mulai dari kasus lama sampai foto editan.

Elektabilitas masih di angka 14% plus "tidak punya modal", mengapa kemudian orang ini diincar banyak pihak untuk dijatuhkan sampai gerasak-gerusuk menyuruh "ulama" sowan ke kantor DPP Partai Golkar dan meminta partai berlambang pohon beringin itu untuk membatalkan rekomendasi bagi Dedi Mulyadi agar dia tidak dicalonkan sebagai Gubernur Jawa Barat.

Gila!!! Sampai menyuruh "ulama" untuk masuk secara frontal ke dalam urusan rumah tangga sebuah partai politik hanya agar Dedi Mulyadi tidak ikut Pilgub Jawa Barat. Kita simpan soal etika ulama, biarlah Majelis Ulama Indonesia yang membahas soal ranah etika ini.

Apa sebenarnya variabel tanda-tanda kemenangan yang dimiliki oleh Dedi Mulyadi sehingga mengakibatkan beberapa pihak tidak menginginkan namanya ada dalam kertas suara Pilgub Jawa Barat? Berikut saya sampaikan dua hal terkait persoalan ini.

Dedi Mulyadi "Urang Lembur" (Orang Kampung)

Dedi Mulyadi adalah seorang yang lahir di Kampung Sukasari yang terletak di Kabupaten Subang, besar dalam tradisi Nahdhatul Ulama sehari-hari, dia diyakini faham betul atas situasi dan kondisi lengkap dengan segala persoalan yang mendera orang kampung. Maka, orang ini tidak perlu lagi "belanja masalah" sebagaimana yang dilakukan oleh tetangganya.

Pengalaman dirinya selama dua periode memimpin kabupaten yang berkarakter kampung (Purwakarta) pun saya yakini menjadi modal besar sekaligus menimbulkan ketakutan bagi siapapun lawan politik yang akan dia hadapi di Pilgub Jawa Barat nanti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline