Lihat ke Halaman Asli

Oh yang Awal, Kau Jugalah yang Akhir. Oh yang Tersembunyi, Kau Jugalah yang Tampak

Diperbarui: 31 Agustus 2023   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar: Doc Pribadi Farhan Mustafid

Oh yang awal, Kau jugalah yang Akhir. Oh yang tersembunyi, Kau jugalah yang tampak. Banyak yang mencari, tetapi hanya sedikit yang menemu. Oh kekasih! Berilah kami karunia memandang keindahan wajaMu, jangan engkau larang kami untuk melihat wajahMu yang mulia. Sa'duddin Mahmud Syabistari berkata: "Jika dia memancarkan cahayaNya kewajahmu, Kau menjadi dekat denganNya dan menjauh dari keakuanmu."

Saya teringat sebuah ungkapan yang sangat indah dari Maulana Jalaluddin Rumi :

"Jika kamu masih merasakan sakit, itu tandanya kamu masih hidup. Tapi jika kamu merasakan sakit yang dirasakan orang lain, itu tandanya kamu adalah manusia."

Mungkin segala sesuatu yang sederhana itu, ia adalah hal yang paling istimewa. Namun tidak terlihat oleh semua mata."

Kenakan syukur seperti jubah dan itu akan memberi makan setiap sudut hidupmu

Cinta ialah Pintu masuk untuk memahami Eksistensi Tuhan (Maulana Jalaludin Rumi). Apapun yang melalaikanmu dari Allah, bukanlah jalan menujuNya (Rabi'ah Al Adawiyyah). Makrifat adalah berpaling dari segala sesuatu yang bukan Allah (Ali bin Utsman bin Ali Al Ghaznawi Al Jullabi Al Hujwiri). Sesungguhnya Ruh orang Sufi itu sangat lekat dengan Allah, melebihi lekatnya pantulan Cahaya Matahari dengan Matahari. Aku berbicara dengan Allah, sejak 30 tahun. Tetapi orang-orang mengira aku berbicara kepada mereka (Syekh Junaid Al Baghdadi). RuhMu bercampur dengan Ruhku seakan Anggur bercampur dengan Air yang Jernih. Jika sesuatu menyentuhMu ia menyentuhku juga, karena aku adalah Kau dalam keadaan apapun (Abu Mansur Al Hallaj).

Kitab Suci para Sufi tidak ditulis oleh Tinta, melaikan oleh Cinta (Maulana Jalaluddin Rumi). Sufi itu di Jemur tidak Kering, kena Hujan tidak Basah. Seorang Sufi tidak terlalu Sedih jika dicaci atau kehilangan sesuatu, dan tidak terlalu Gembira jika di Puji atau memperoleh sesuatu. Bila Manusia Banar dalam ber Agama, maka yang Tumbuh di Hati itu Kasih Sayang tanpa Syarat, bukan Kebencian. Semakin Luas Ilmu seseorang semakin sedikit Komentarnya. Nabi Musa as itu ber Guru kepada Nabi Khidir bukan untuk Belajar bagaimana menjadi Pintar ber Bicara tetapi untuk Belajar Diam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline