Lihat ke Halaman Asli

Fajar Novriansyah

Pekerja biasa

Matahari Dua Lusin

Diperbarui: 14 Mei 2022   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hareudang, hareudang, hareudang
Panas, panas, panas
Selalu, selalu, selalu panas dan hareudang

Lagu itu terus menerus muncul di ingatan
refleksikan hari ini yang rasanya benar adanya
menyengat kuat dan rasanya membakar sampai kedalam
merembes keringat diam diam membasahi pakaian, lengket
sungguh kadang angin sepoi mampir rasanya membawa nafas surga

satu persatu cahaya datang bagai dijatuhi jarum menusuk kulit
yang lupa kutambahkan jaket tebal untuk ku kenakan waktu ini
apakah matahari sedang membelah diri sampai dua lusin?
sungguh rasanya dia sedang beranak pinak saking teriknya

Hareudang, hareudang, hareudang
Panas, panas, panas
Selalu, selalu, selalu panas dan hareudang

Ah lagu itu muncul lagi
saking keringnya, jadi merindukan satu plastik es teh kemasan
lalu kutemukan oasis bagai di nirwana, seplastik es teh rasa gula batu
ku seruput dari sebuah pipet yang menyelinap diantara es batu
Ah, nikmatnya

Pakulonan Barat, 14 Mei 2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline