Lihat ke Halaman Asli

Fadel Zifa Zila

Seorang Mahasiswa

Tanggapan dan Peran Mahasiswa Farmasi terhadap Masalah Penolakan Vaksin Covid-19

Diperbarui: 25 April 2021   17:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, perkenalkan saya Fadel Zifa Zila ( NIM N011191041 ) dari fakultas farmasi  Universitas Hasanuddin . Pada artikel kali ini , saya akan membahas tentang " Tanggapan dan Peran Mahasiswa Farmasi Terhadap Masalah Penolakan Vaksin Covid - 19 " .

COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 ( SARS-CoV-2 ). Gangguan yang dapat disebabkan oleh COVID-19 yaitu beragam seperi gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia . COVID-19 merupakan infeksi virus yang sangat mudah menular dan patogen yang disebabkan oleh sindrom pernafasan akut corona virus 2 (SARS-CoV-2) yang muncul di Wuhan, Cina dan menyebar ke seluruh dunia . SARS-CoV-2 berhubungan dengan virus kelelawar yang seperti sindrom pernafasan akut.

Oleh karena itu , kelelawar menjadi penyebab utama dari menyebarnya virus ke manusia yang pada akhirnya virus tersebut dapat berpindah dari manusia ke manusia . Corona virus sendiri mengandung gen yang spesifik di daerah hilir ORF1 yang mengkodekan protein untuk replikasi virus , nukleokapsid dan lonjakan formasi . Spike glikoprotein di permukaan luar coronavirus bertanggung jawab atas lampiran dan masuknya virus ke dalam sel . Daerah yang mengikat reseptor ( RBD ) secara bebas terpasang di antara virus . oleh karena itu , virus tersebut dapat menginfeksi sejumlah host atau orang . Coronavirus lainnya kebanyakan menggunakan pengenalan aminopeptidase atau karbohidrat sebagai reseptor utama untuk masuk ke dalam sel manusia , sementara SARS-CoV dan MERS-CoV mengenali exopeptidase . 

SARS-CoV-2 diidentifikasi pada awal Januari dan urutan genetiknya dibagikan secara publik pada 11-12 Januari 2019 . Urutan genetik yang ditemukan menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 memiliki asal ekologis pada populasi kelelawar . Semua bukti yang tersedia untuk mengidentifikasi COVID-19 menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 memiliki sumber zoonosis , dapat dilihat saat semua sekuens genetik yang diterbitkan SARS-CoV-2 yang diisolasi dari kasus manusia sangat mirip . Hal ini menunjukkan bahwa wabah mulai dihasilkan dari satu titik pengenalan pada populasi manusia sekitar waktu itu saat virus pertama kali dilaporkan pada manusia di Wuhan , Cina pada Desember 2019. 

Gejala dari COVID-19 yaitu pasien yang mengidap COVID-19 akan mengalami bersamaan dengan  kelelahan , nyeri otot , batuk kering , nyeri dada , sakit kepala , pilek atau hidung tersumbat , menggigil , bersin -- bersin , hilangnya kemampuan mengecap rasa dan hilangnya kemampuan mencium bau ( anosmia ) . Beberapa dari mereka mungkin mengalami mual dan diare beberapa hari sebelum timbulnya gejala . kemudian pada hari kelima pasien  akan merasakan masalah pernapasan terutama jika mereka berusia lanjut atau memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya . Gejala COVID-19 ini bisa muncul dalam 2 hari sampai 2 minggu setelah seseorang terinfeksi virus penyebabnya . 

Sebagian dari pasien COVID-19 pun ada yang mengalami penurunan oksigen tanpa adanya tanda gejala apapun . Kondisi ini disebut dengan happy hypoxia . Selain itu , beberapa dari laporan kasus juga menyebutkan bahwa sebagian pasien COVID-19 yang dapat mengalami ruam kulit . Pada beberapa kasus COVID-19 yang parah , penyakit ini dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius seperti kematian gagal jantung , gagal hati akut , pneumonia , gagal ginjal , gangguan pembekuan darah dan infeksi sekunder pada organ lain . 

Untuk memastikan apakah gejala-gejala yang dialami seseorang termasuk dalam gejala dari virus Corona perlu dilakukan rapid test atau PCR . namun , beberapa penderita COVID-19 yang dapat tidak menimbulkan gejala sama sekali . Orang yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19 melalui pemeriksaan RT-PCR namun tidak mengalami gejala disebut sebagai kasus konfirmasi asimptomatik . Penderita ini tetap bisa menularkan COVID-19 ke orang lain .

COVID-19 seperti yang kita tahu sudah berlangsung cukup lama dan sampai saat ini masih banyak orang yang terkena penyakit tersebut . Banyak tindakan pencegahan yang telah dikerahkan pemerintah untuk mencegah penyebaran dari penyakit ini tetapi penyakit ini masih terus menyebar . COVID-19 dapat dengan mudah menyebar dan menginfeksi siapapun tanpa pandang usia . Virus ini dapat menular secara mudah melalui kontak dengan penderita . 

Pada 30 Januari 2020 , Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) secara resmi mendeklarasikan epidemi COVID-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional . Berdasarkan data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Republik Indonesia , jumlah kasus terkonfirmasi positif hingga 19 April 2021 adalah 1.609.300 orang dengan jumlah kematian 43.567 orang . Berdasarkan dari kedua angka ini dapat disimpulkan bahwa case fatality rate atau tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit COVID-19 di Indonesia sudah masuk  sekitar 2,7% . Case fatality rate merupakan presentase dari jumlah kematian pada seluruh jumlah kasus positif COVID-19 yang sudah terkonfirmasi dan telah  dilaporkan . 

COVID-19 dapat dengan mudah menginfeksi siapa saja, namun efek yang diberikan akan lebih berbahaya atau bahkan fatal jika dapat menyerang orang lanjut usia , ibu hamil , perokok , penderita penyakit tertentu , dan orang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah , misalnya seperti penderita kanker.

Mekanisme masuknya coronavirus pada manusia bergantung pada pelindung sel yang mencakup kateter seperti protease manusia, kateter dan protease transmembran serine 2 ( TMPRSS2 ) yang bekerja membagi protein spike dan membentuk perubahan penetrasi lebih lanjut . MERS-coronavirus menggunakan dipeptidylpeptidase 4 (D PP4 ) , sedangkan HCoV-NL63 dan SARS-coronavirus membutuhkan Angiotensin-Converting Enzyme 2( ACE2 ) sebagai reseptor utama . SARS-CoV-2 memiliki struktur yang khas dengan protein paku dan juga mengungkapkan protein polyoprotein dan protein membrane , seperti RNA polymerase , 3-chymotrypase , seperti protease , helicase , glikumprotein , dan protein aksesori . 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline