Di zaman yang serba digital, penggunaan media sosial semakin marak dan diminati oleh anak muda. Salah satu platform media sosial yang paling diminati adalah TikTok. Pengguna dapat melihat, menyukai, memberikan komentar, memposting ulang sebuah postingan, hingga berinteraksi langsung dengan sesama pengguna melalui fitur chat. Jika pengguna konsisten chattingan selama tiga hari, maka akan muncul streaks atau api dalam fitur chat tersebut sebanyak tiga streaks yang merepresentasikan jumlah hari kedua pengguna tersebut berinteraksi. Jumlah streaks ini akan terus bertambah apabila chat terus berlanjut di hari berikutnya.
Anak muda cenderung menyukai fitur streaks pada aplikasi TikTok. Mereka menganggap streaks yang terkumpul sebagai simbol pertemanan. Semakin banyak streaks yang terkumpul, maka semakin erat pula pertemanan diantara mereka. Bahkan, pengguna turut merayakan pencapaian streaks saat telah genap seratus streaks dengan memposting di story instagram. Tandanya, kedua pengguna telah terhubung di fitur chat TikTok selama seratus hari. Kegiatan ini lantas berkembang menjadi kebiasaan di kalangan anak muda. Semakin banyak anak muda yang berlomba-lomba "menghidupkan api" bersama temannya.
Hal positif yang dapat diambil dari kegiatan menyalakan api TikTok ini adalah wujud komitmen sesama teman agar saling terhubung setiap hari. Namun, perlu diingat bahwa untuk menjaga streaks, pengguna harus terhubung setiap hari tanpa henti. Artinya, pengguna harus membuka aplikasi TikTok setiap hari. Tidak jarang pengguna yang satu mengingatkan temannya untuk menyalakan streaks di hari tersebut. Masalahnya adalah tidak semua orang memiliki waktu luang untuk membuka TikTok setiap hari. Pengguna yang awalnya tidak sengaja menyalakan fitur streaks seakan-akan memiliki kewajiban untuk menyalakan streaks di hari berikutnya. Kewajiban ini akan menjadi beban disaat pengguna membutuhkan waktu lebih untuk hal-hal prioritas seperti belajar ujian atau mengerjakan tugas. Maka mau tidak mau mereka harus membuka aplikasi Tiktok. Perlu diingat bahwa TikTok memiliki distraksi yang besar. Konten yang tersaji terkadang membuat penonton kecanduan untuk terus scrolling hingga memakan waktu berjam-jam. Hal ini dapat menghambat produktifitas karena cenderung membuang-buang waktu untuk hal yang tidak berguna.
Oleh karena itu, harus ditekankan bahwa standar pertemanan tidak dilihat dari banyaknya streaks pada aplikasi TikTok. Jauh dari itu, teman adalah orang yang ada disaat senang atau sedih. Menyalakan streaks TikTok bukanlah hal yang salah, namun dapat berdampak negatif apabila dijadikan suatu kewajiban. Banyak hal berguna lainnya yang bisa dilakukan selain membuka aplikasi TikTok hanya untuk menyalakan streaks dan kemudian terdistraksi oleh konten-konten yang tersaji. Mari lebih bijak menggunakan media sosial agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI