Lihat ke Halaman Asli

Wayang Jari untuk Pembelajaran Matematika Kontekstual

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

143287480191226450


“Ayo Adek-Adek, hari ini kita belajar matematika yah”.

“Yah kok matematika Mbak. Aku nggak mau belajar matematika. Enggak  ngerti Mbak ”

Sepenggal percakapan di atas terjadi saat seorang mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma hendak mendampingi siswa sekolah dasar. Sekilas ada nada penolakan saat mengajak beberapa anak untuk belajar matematika. Memang sudah menjadi rahasia umum matematika adalah salah satu mata pelajaran yang tidak disukai oleh sebagain siswa. Matematika dirasa terlalu sulit untuk dipahami, sehingga tidak jarang siswa mendapat nilai yang kurang memuaskan. Kondisi tersebut tentu sangat disayangkan, jika mengingat konsep yang diajarkan dalam pelajaran matematika sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari Selain itu, sesungguhnya konsep matematika dasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian merupakan landasan bagi berbagai ilmu lain yang berkaitan dengan penghitungan di tingkat selanjutnya. Maka, apabila sejak awal para siswa enggan untuk mempelajari matematika, kemungkinan siswa tersebut untuk menolak belajar fisika, kimia, akuntansi, dsb., akan semakin besar pula.

Kondisi tersebut membuat 5 mahasiswa Universitas Sanata Dharma yaitu Catharina Mara Apriani, Adventa Ekesiawati, Maria Evarista Oktaviane Barut, Bernadeta Restu Widi Rosari, dan Teofila Hitgari Ali Rabintang ingin membantu mengatasi keprihatinan tersebut. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian masyarakat (PKM-M) yang diselenggarakan oleh DIKTI, para mahasiswa ini memperkenalkan program “Wayang Jari untuk Pembelajaran Matematika Kontekstual”. “Wayang Jari untuk Pembelajaran Matematika Kontekstual” ini merupakan sebuah program pendampingan belajar yang membantu siswa meningkatkan kemampuan berhitung.

Secara garis besar program pengabdian masyarakat ini terdiri atas dua unsur penting yaitu “pembelajaran matematika Kontekstual” dan “wayang Jari”. Pembelajaran matematika kontekstual dengan menggunakan media wayang jari merupakan suatu metode belajar matematika dikemas dalam cerita. Cerita tersebut merupakan gambaran peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan mengandung suatu persoalan matematika yang harus diselesaikan. Ini sesuai dengan prinsip dari pembelajaran kontekstual itu sendiri yaitu mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannnya dalam kehidupan sehari-hari

Seperti yang dikemukakan Piaget, perkembangan kognitif siswa pada tingkat sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret di mana siswa membutuhkan hal-hal yang konkret untuk memahami materi. Maka dari itu dengan adanya cerita, guru dapat membantu siswa untuk menghadirkan situasi dalam kehidupan sehari-hari ke dalam kelas.

Selanjutnya, unsur kedua dari program ini adalah wayang jari. Wayang jari adalah wayang mini yang disematkan ke jari. Wayang jari ini digunakan sebagai tokoh dalam cerita. Cara memainkannya hanya dengan menggerakkan jari-jemari sehingga wayang seolah-olah hidup dengan mengikuti alur cerita yang telah disiapkan. Selain menjadi media untuk melakonkan cerita, wayang jari juga diangkat menjadi sebuah ikon bagi tim pelaksana untuk pelaksanaan program tersebut.

Wayang Jari

Mengingat pada umumnya anak-anak sangat menyukai cerita, maka pembelajaran matematika kontekstual dengan wayang jari dirasa cocok untuk diterapkan pada siswa sekolah dasar.Tim pelaksana PKM sendiri sudah melaksanakan program ini di SD Kanisius Kanutan Bantul, untuk Kelas 1, Kelas 2, dan Kelas 3. Pelaksanaan program ini sudah berlangsung selama 4 bulan terhitung dari bulan Februari – Mei 2015.Dalam prosesnya, tim pelaksana PKM mengamati adanya peningkatan antusiasme siswa pada pembelajaran matematika. Antusiasme itu terlihat dari keseriusan dalam mengikuti alur cerita dan keaktifan siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan matematika yang muncul pada setiap permasalahan.

[caption id="attachment_386161" align="aligncenter" width="458" caption="dok. pri"]

14328755351521661110

[/caption]

Pembelajaran matematika kontekstual dengan menggunakan wayang jari ini dapat digunakan oleh para guru sebagai alternatif model pembelajaran. Kombinasi antara model pembelajaran konvensional (ceramah) dan model pembelajaran kontekstual menggunakan wayang jari dapat mengurangi tingkat kebosanan siswa dan membuat siswa menjadi tertarik untuk belajar matematika. Ketertarikan itu merupakan awal munculnya minat untuk belajar, harapannya dengan begitu siswa tidak beranggapan bahwa matematika dan berbagai konsep berhitungnya itu sebagai suatu hal yang rumit, sulit dan abstrak, namun sebagai dasar yang penting dan bermanfaat bagi jenjang berikutnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline