Lihat ke Halaman Asli

Eva Nurmala

karyawan swasta

Mendorong Literasi Media di Tengah Perkembangan Teknologi Informasi

Diperbarui: 28 April 2018   08:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Literasi Media - nu.or.id

Di era zaman now seperti sekarang, perkembangan teknologi informasi sudah tak bisa dibendung lagi. Smartphone terus bermunculan setiap hari. Berbagai kemudahan juga terus ditawarkan. Bahkan untuk melakukan berbagai macam aktifitas pun, sudah bisa dilakukan melalui smartphone. 

Dunia serasa dalam genggaman. Sekarang, tinggal bagaimana kita menyikapi informasi yang terus berdatangan ini. Jika kita tidak membekali diri dengan informasi yang lengkap, sudah pasti kita akan menjadi manusia paling bodong di dunia. Karena generasi yang tidak berilmu, yang akan mudah diombang-ambingkan oleh informasi di era milenial. Hanya karena generasi yang tidak punya dasar keimanan yang kuat, yang akan mudah diprovokasi oleh oknum atau kelompok tertentu.

Untuk itulah, peran orang tua, baik ayah atau ibu perlu ditingkatkan agar anak bisa mendapatkan pendidikan dan kasih sayang yang tepat. Penguatan pendidikan karakter di dalam keluarga, diharapkan bisa menjadi filter dan senjata yang ampuh, dalam meredam berbagai provokasi yang terus berkembang. Dulu, provokasi itu berupa ajakan untuk melakukan jihad yang salah. Bergabung dengan kelompok ISIS di Suriah, atau bahkan mengajak untuk melakukan aksi penyerangan atau peledakan bom. Dan faktanya, provokasi tersebut telah mengantarkan banyak generasi muda menjadi korban.

Di tahun politik seperti sekarang ini, provokasi di media sosial tidak berhenti. Hanya saja maksud dan tujuannya mulai digeser. Kalau dulu provokasi ditujukan untuk mempengaruhi orang untuk berbuat intoleran dan radikal, kini provokasi tersebut ditujukan untuk menjatuhkan elektabilitas pasangan calon. Bahkan tak jarang pesan kebencian juga sudah mulai diselipkan. Awalnya mengkritisi program, tapi ujung-ujungnya berisi cacian dan makian. Dan kesimpulannya, mengajak orang untuk tidak memilih si A, si B ataupun si C.

Untuk itulah, keluarga harus mampu menjadi ruang yang nyaman bagi tumbuh kembang anak. Keluarga juga harus bisa menjadi sekolah, bagi dasar pembentukan karakter generasi penerus negeri ini. Tanamkan sikap kritis kepada anak sejak dini. Kritis disini maksudnya tidak mudah percaya terhadap orang lain atau informasi yang beredar, harus mencari kebenaran dari berbagai sumber. Ajarkan anak untuk menggunakan logikanya, bukan nafsunya. Ajarkan anak untuk ramah kepada siapa saja, bukan marah kepada siapa saja. Hal ini penting agar anak menjadi pribadi yang humanis, yang tetap memanusiakan manusia. Tetap toleran, saling menghargai dan saling tolong menolong antar sesama.

Jika zaman now dipenuhi aktifitas di dunia maya, maka keluarga zaman now juga bisa melakukan pengawasan kepada anggota keluarganya. Anak tetap diberi kepercayaan untuk bisa berkembang menyesuaikan zamannya, tapi juga tetap tidak boleh meninggalkan toleransi. Boleh mendengarkan informasi dari siapa saja, tapi tetap harus membiasakan diri untuk melakukan cek dan ricek. Hal ini penting, karena informasi hoax masih mengancam semua negara. Tidak sedikit orang yang sengaja menyebarkan hoax, agar masyarakat tidak bisa mendapatkan informasi yang valid. Dan literasi media menjadi solusi, di tengah gempuran kemajuan teknologi informasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline