Lihat ke Halaman Asli

Erwin Alwazir

Karyawan Swasta

Jangan Salahkan Negara Arab Soal Pengungsi Suriah

Diperbarui: 4 April 2017   18:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Kasus kematian Aylan Kurdi memicu sentimen politik terhadap negara-negara arab seperti Yordania, Arab Saudi atau Mesir. Mereka dianggap tidak peduli dengan keadaan pengungsi Suriah yang kian hari kian membludak dan hidup dengan penuh keprhatinan.

Mengapa mereka tak mau menampung pengungsi Suriah padahal seiman? Kenapa harus Eropa yang menerima pengungsi padahal mereka negara tak seiman? Kenapa negara-negara Arab yang kaya lepas tangan? Gugatan konyol itulah yang sering saya baca di sejumlah komentar media online atau di FB ketika membicarakan kepergian Aylan Kurdi.

Saya hanya akan jawab secara ringkas saja gugatan di atas dengan maksud agar kita melihat semua persoalan secara objektif dan adil.

Mengapa mereka tak mau menampung pengungsi Suriah padahal saudara seiman?

Perkara menerima atau tidak menerima pengungsi tak ada hubungannya dengan kesamaan nilai keyakinan. Tolok ukurnya adalah nilai-nilai kemanusiaan yang dianut seseorang atau negara. Kecenderungan negara hanya mau menerima pengungsi atas dasar keyakinan yang dianut negara tersebut, tentu tak dapat dinafikan begitu saja. Hampir semua negara menerapkan hal tersebut demi menjaga komposisi kependudukan.

Sekarang, perhatikan data berikut yang diperbaharui pada 4 September 2015 oleh Amnesty Internasional PBB.

Jumlah pengungsi Suriah diperkirakan 4 juta orang. Tersebar di lima negara utama.

  • Turki menampung 1,9 juta pengungsi Suriah.
  • Libanon menampung 1,2 juta pengungsi.
  • Irak menampung 249.463 pengungsi.
  • Mesir menampung 132.375 pengungsi.
  • Yordania menamoung 1,5 juta pengungsi (sumber lainnya)
  • Negara-negara Arab seperti Saudi mengucurkan dana karena dianggap lebih efisien dan bebas masalah, terutama masalah radikalisme atau masalah sosial lainnya.

Anggapan negara-negara Arab atau seiman tidak ramah terhadap pengungsi tentu menjadi bias dan gugur dengan sendirinya. Saya pikir, komentar-komentar seperti Seiman atau tidak seiman harus dibuang karena hanya memicu kegaduhan saja, kontraprduktif dengan nilai-nilai kemanusiaan yang tidak menempatkan agama sebagai subjeknya.

Yang menjadi kejengkelan dunia internasional sebenarnya bukanlah karena negara-negara Arab enggan membantu pengungsi, tapi karena negara-negara kaya Arab seperti Qatar, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Kuwait, dan Bahrain belum merespon keinginan UNHCR agar negara-negara tersebut membangun tempat pemukiman kembali bagi para pengungsi.

Data negara yang berkaitan dengan pembangunan tempat pemukiman kembali seperti di bawah ini.

  • Negara-negara kaya Arab (Emirat Arab, Arab Saudi, Kuwait, dan Bahrain) menawarkan 0 (nol) tempat pemukiman kembali.
  • Jerman menawarkan 35 ribu tempat pemukiman kembali atau sebanyak 75 persen dari keseluruhan eropa.
  • Uni Eropa hanya menawarkan 8.700 tempat pemukiman kembali.
  • Israel selain tidak menawarkan pemukiman kembali, mereka juga tidak bersedia menampung pengungsi Suriah.
  • Negara maju lainnya yang tidak menawarkan tempat pemukiman adalah Rusia, China, Singapura, Korea Selatan dan Jepang.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline