Lihat ke Halaman Asli

Edy Priyatna

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Gelap Sunyi Mendanai Memberi Gelisah Saat Rembulan Membentuk Sabit

Diperbarui: 13 April 2016   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi : Edy Priyatna

Anda tersirat digaris-garis lelangit tercantum tertulis dalam mata kucinta dan bukan habis-habisan sepenuhnya kemiskinan tapi kau begitu ramah dahulu banyak bilang tapi tak yakin gaflat kealpaan manusia cacat dosa terlibat dalam pertengkaran angkuh durhaka mesti harus disapu tsunami

Sasap nan gersang kering memberi tanda saat matahari menelan waktu setelah menikmati kesejukan menjadi bagian dari sebuah keluarga bakir mendadak naik menjadi membabi buta tak di nyana terjadi tekanan jiwa keadaan terus ber lalu waktu kini telah ber ganti lagi sementara almanak

Temporer kau melupakan meninggalkan diriku aku berdoa kepada tuhan dinding masih tetap diam padahal awal segera akan menjadi akhir tanpa harus mengejar dengan ber lari tanpa terasa bumi ber putar pada poros berbahagialah kamu bersama angin terakhir kuucapkan selamat tinggal

Hamba hidup jauh diam kau mati juga tetap diam stagnan air mata habis melimpah melihat kenyataan menimpa isyarat bahwa engkau terus jatuh ada dan murka membuka mata hati menyadari jiwa kembali orasinalitas kalbu tetap beribadah berdagang dan berbakti dengan ikhlas karena mu

Gelap sunyi mendanai memberi gelisah saat rembulan membentuk sabit membuat mencipta segala hidup dan mati menjadikan bahagia sejahtera setelah hadang menahan kerinduan pada bunda dan buah hati keluarga merubah diri menjadi pilu kesedihan melekat tanpa terasa air mata jatuh

(Pondok Petir, 13 April 2016)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline