Lihat ke Halaman Asli

Enik Rusmiati

TERVERIFIKASI

Guru

Bakdan Natal, Ini Cara Warga Kampung Saya Merayakan Natal

Diperbarui: 25 Desember 2021   21:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aneka hidangan kue natal, sumber: lisalewtan.com

Menjadi warga negara Indonesia dengan sejuta keberagaman merupakan hal yang membanggakan. Salah satu simbol keindahan bangsa ini adalah aneka warna dalam keberagaman agama, sosial dan budaya.

Indahnya keberagaman dan keharmonisan dalam beragama ini saya rasakan ketika pertama kali menjadi penduduk Kabupaten Blitar. Ketika saya memutuskan untuk menempati tempat tinggal, kami memang tidak mempertimbangkan siapa dan bagaimana tetangga saya. Yang ada dalam benak kami saat itu, ingin segera mandiri, sebagai suatu keluarga yang utuh.

Saya yang lahir dan besar di Jember tidak pernah merasakan bersosial dan bertetangga atau bahkan berteman dengan masyarakat yang berbeda agama. Jadi merasa heran saja ketika di Blitar harus bertetangga sangat dekat dengan mereka yang beda keyakinan. Saya khawatir tidak bisa bersosial dengan mereka.

Ternyata dugaan saya jauh dari kenyataan, seperti layaknya masyarakat Jawa yang akan menempati rumah, pasti mengadakan tasyakuran sebagai sarana berkenalan dengan tetangga. Banyak tetangga yang datang untuk bertamu, istilah jawanya jagong. Tidak terkecuali para tetangga saya yang non muslim ikut bertamu, berkenalan, serta basa basi seperlunya.

Hari-hari berikutnya, kami lalui seperti masyarakat pada umumnya, berkomunikasi, bergaul, dan saling membantu bila kami memang ada kesulitan. Sebagai warga baru saya mengikuti saja apa yang menjadi adat dan kebiasaan masyarakat tempat saya tinggal ini.

Lambat laun saya mulai mengenal dan memahami bagaimana masyarakat kampung saya ini dalam bersosial. Saling membantu dalam bentuk tenaga, pikiran ataupun benda lain yang dibutuhkan. Ketika kami umat Islam sedang tasyakuran atau selamatan, mereka tidak pilih-pilih siapa yang diundang, apakah itu muslim atau non muslim, semua tetangga diundang.

Pun sebaliknya, bila mereka orang-orang non muslim punya hajat, kami pemulak Islam juga diundang, meski itu hanya sekadar menikmati hidangan dan membawa pulang bingkisan dari tuan rumah. Masyarakat melakukan ritual budaya ini dengan penuh harmonis, tanpa melihat siapa dan apa agama mereka.

Keharmonisan keberagaman agama lainya yang membuat saya kagum ini yaitu bagaimana cara mereka saling menghormati dan menghargai perayaan hari raya masing-masing, yaitu idul fitri dan natal. Seperti kita ketahui, tardisi merayakan idul fitri ini kita rayakan untuk saling bersilaturrahmi, berkunjung untuk saling meminta maaf, serta saling berbagi makanan kepada siapa yang datang.

Nah, pada momen tersebut, di kampung saya ini, tepatnya Desa Tlogo Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar, tidak hanya dirayakan oleh masyarakat muslim saja. Para tetangga non muslim juga ikut berkujung, bersama rombongan tetangga lain, untuk saling memaafkan dan menikmati hidangan yang disuguhkan tuan rumah. Tidak ada hal sekecilpun yang membedakan diantara mereka.

Sebaliknya, ketika perayaan natal, kami warga muslim juga berkunjung, silaturrahmi dan menikmati hidangan. Bentuk dan budaya peringatan hari raya natal ini tidak jauh berbeda ketika saat perayaan hari raya idul fitri. Makanya, masyarakat menamai Bakdan Natal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline