Lihat ke Halaman Asli

Endro S Efendi

TERVERIFIKASI

Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Andai Tidak Ada Lagi yang Sombong

Diperbarui: 29 Juni 2021   20:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto: Kompas

SAMARINDA -- Nonton TV atau youtube, main game, sedikit belajar, makan dan tidur lagi. Mungkin itulah siklus anak sekolah saat ini. Alih-alih sekolah, yang ada, hanya menambah orang tua emosi, terutama emak-emak. Sekolah daring alias online yang dulu dijadikan bahan bercanda kini sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur. Tuhan sudah mendengar semua doa yang disampaikan secara bercanda.

Sahabat semua pasti ingat, setiap kali tahun baru, pasti bercanda ingin kalender yang banyak tanggal merahnya. Malas ke kantor, malas ke sekolah. Bumm, semua dikabulkan dengan nyata. Alhasil, otak mulai beku, hati mulai ngga nyaman, stres meningkat. Sementara naga-naganya, pandemi terus berlanjut. Angka penderita terus naik. Jujur saya ngga tahu naiknya berapa. Karena saya memang kurang mau membaca berita soal Covid. Mending membaca informasi yang lain.   

Lalu kenapa saya menulis ini? Ya, saya ingin membahas pandemi ini dari sudut pandang sebagai hipnoterapis klinis keluarga. Semenjak pandemi, makin banyak pasangan suami-istri yang kurang akur. Ada istri yang harus banting tulang menggantikan tugas suami yang kena pemutusan hubungan kerja. Ada pula yang dua-duanya, suami-istri, mengalami pengurangan gaji atau bahkan pemecatan. Ini semua nyata terjadi. Sementara hidup harus terus berjalan.

Sepertinya, Allah yang Maha Agung benar-benar sedang ingin 'bercanda' dengan umatnya. Bercanda itu tandanya Yang Maha Kuasa sangat sayang. Coba kalau ngga sayang, ngga mungkin kita diajak bercanda. Bercanda bagaimana? Saat kasus sempat menurun, sekolah siap-siap tatap muka, entah bagaimana ceritanya, kasus kembali naik. Seolah-olah, ada pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh Sang Pembuat Hidup. Salah satu pesan yang menurut saya perlu dicermati adalah, jangan sombong. Karena sombong ini milik Allah.

Terkadang, manusia sombong secara tidak sengaja. Keluar rumah tanpa masker, itu adalah bentuk kesombongan. Tidak mau vaksin, menurut saya juga bentuk kesombongan. Adalah benar, itu hak masing-masing orang. Tapi hak kita, juga dibatasi hak orang lain yang ingin hidup sehat.

Andai saja kita bisa mengurangi bahkan menghilangkan kesombongan itu, rasa-rasanya, ini sangat mudah dihentikan. Asal itu tadi, semua menyadari untuk tidak sombong. Patuh dan taat pada kesehatan diri sendiri.

Sahabat semua, mari kita kuatkan komitmen masing-masing untuk menjaga diri dan keluarga. Mau sampai kapan ini terjadi? Mau sampai kapan anak sekolah daring? Akan jadi apa generasi saat ini, kelak di masa yang akan datang. Bisakah generasi belajar daring ini menghadapi tantangan hidup yang semakin tidak mudah?

Jawabannya, ada pada diri kita masing-masing. Bagaimana menurut Sahabat? (*)  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline