Lihat ke Halaman Asli

Endah Wahyu Sugiharti

Pendidik, Pengrajut, dan Ibu Rumah Tangga

Puisi | Kecupan Subuh

Diperbarui: 28 September 2018   04:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

buka matamu sayang, subuh telah menantimu. Kataku pelan dengan balutan senyuman diwajahku dipadu wangi segar tubuhku.

kau selalu segar disetiap awal hariku-ujarnya-. 

Pikirku aku hanya ingin menjadi ratu terbaik dalam hidupmu. Seperti ratu nan istananya begitu megah. Seperti cinderella yang selalu menjadi pujaanmu dan seperti ibumu yang selalu kau sapa lembut disetiap hatinya.

Begitu egoisnya aku menginginkan semua perasaan itu. Ah sudah. Itu wajah bagiku. Karena aku ingin kau menjadikanku permaisuri satumu.

04:00

Tanpa bunyi alarm, mataku spontan terjaga dari nyenyaknya tidurku. Sudah saatnya kumulai hariku. Tuhan terima kasih atas hirupan napasku. 

Aku tau, awal pagiku bersama sang rajaku adalah utama. Subuhku dengan tetesan air wudhu dan balutan kain terindah yang aku punya, selalu menjadi rutinitasku.

Kala subuh datang. Aku tak sendiri menatapnya. Kecupan khas dan kata sederhana selalu ku berikan pada sang imamku. Semerbak wangian menyapa paginya. Senyuman indah membuatnya tak pernah mengeluh untuk menghadap sang khaliq bersamaku disetiap subuh.

ahh subuh. Kecupanmu sungguh indah. aku selalu rindu dan selalu menunggu subuh-subuhku dihari esok.

*****

Endah Wahyu Sugiharti




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline