Lihat ke Halaman Asli

Enang Suhendar

Warga sadarhana yang kagak balaga dan gak macam-macam. Kahayangna maca sajarah lawas dan bacaan yang dapat ngabarakatak

Nyaris Empat Dasawarsa John Berpulang, Namun Karyanya Tak Pernah Lekang

Diperbarui: 8 Desember 2019   07:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

John Lennon dan Mark David Chapman/hai.grid.id

Tepat hari ini tiga puluh sembilan tahun yang lalu, dunia berkabung atas berpulangnya seorang musisi papan atas dunia. Kematiannya yang tragis menyisakan isak tangis dan pilu yang menderu. Vokalis band asal Liverpool tersebut tewas terhempas setelah empat butir peluru menembus tubuhnya.

Mark David Chapman sang pembunuh menarik pelatuk Revolver Colt 38 special miliknya pada jarak 3 meter dari John Lennon. Setelah sebelumnya menyapa dengan sopan "Hallo John", dia tak segan untuk menghabisi ikon The Beatles tersebut.

Tembakan pertamanya melesat, namun keempat peluru selanjutnya berhasil menghujam tubuh John. Nyawanya tak tertolong meskipun dirinya dilarikan ke Rumah Sakit. Rinai air mata penggemarnya berlinang, awanpun mendung dan duniapun berkabung.

"Saya mengambil ancang-ancang, seperti waktu latihan di kamar hotel. Saat dia lewat, saya bidik tepat punggungnya. Lalu saya tekan picu pistol lima kali. Saya masih ingat dia sedang melangkah menuju anak tangga, lalu tubuhnya terpelintir perlahan. Badannya agak tersentak ke depan, lalu dia terjerembab jatuh", ujar Chapman mengingat kejadian yang berlangsung di malam 8 Desember 1980 itu.

Sebelumnya, seorang photographer amatir, Paul Goresh pada hari yang nahas itu mendadak ingin sekali memotret John. Dia bergegas sejauh 13 miles dari tempat tinggalnya di Arlington Utara menuju kediaman John di Apartemen Dakota, New York. Pada sore itu dia melihat Chapman yang saat itu sedang menunggu John sambil menenteng album Double Fantasy yang baru dirilis John dengan isterinya, Yoko Ono.

Sekira pukul 17.00, ketika John datang, Chapman menghampiri dan meminta John untuk menandatangani Double Fantasy. Dengan ramah John membubuhkan tanda tangan dan menggoreskan tulisan "John Lennon 1980".

Photo John dan Chapman pada saat itu adalah photo terakhir John yang diabadikan justru beserta dengan pembunuhnya sendiri. Pada hari itu juga Goresh berhasil mengabadikan photo terakhir John bersama isteri tercintanya.

Setelah John terhempas, Chapman tidak berusaha lari. Ekspresinya tenang dan jauh dari panik. Dia masih berada di tempat itu sambil membaca buku The Catcher in The Rye. Buku yang memberikan inspirasi padanya untuk menghabisi John.

Ketika polisi datang dia menyerahkan revolvernya dan berkata ramah, "Maaf, aku sudah memberi kalian semua masalah ini." Polisi heran dan bingung, tak menyangka bahwa pria berperawakan tambun namun berpakaian rapi dan sopan itu adalah pembunuhnya.

Chapman yang pada saat itu berusia 25 tahun adalah fans sejati The Beatles. Seluruh lagunya hafal diluar kepala, seluruh albumnya dibeli, rajin hadir pada konser The Beatles dan poster John telah menghiasi dinding kamarnya sejak usianya 10 tahun.

Chapman adalah fans The Beatles yang paripurna. Ketika John menikahi wanita Jepang, Chapman pun tidak mau kalah dengan memilih Gloria Hiroko, wanita asal Jepang sebagai pasangan hidupnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline