Lihat ke Halaman Asli

Dasar Pemikiran Sang Pelopor Sosiologi Ibnu Khaldun

Diperbarui: 29 Desember 2020   18:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abdul Rahman Abu Zaid Ibn Khaldun atau biasa dikenal dengan nama Ibn Khaldun. Seorang anak laki-laki yang lahir di Tunisia pada tanggal Ramadhan 732 H/1332 M. Salah satu sarjana Muslim terkemuka pada masa pra-modern. 

Ibn Khaldun membangun jenis ilmu yang sepenuhnya baru, yang disebutnya ilmu masyarakat-manusia (‘ilm al-ijtima’ al-insani) atau ilmu organisasi-sosial manusia (‘ilm al-umran al-basyari). Selama berabad-abad, ilmu ini menimbulkan dampak kecil saja terhadap perkembangan pemikiran Muslim, tetapi sejak abad ke-19 dan seterusnya, menimbulkan pengaruh besar terhadap para pemikir Eropa, bahkan beberapa di antaranya menganggap Ibn Khaldun sebagai seorang pelopor sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya.

Kitab al-‘Ibar karya sejarahnya tentang bangsa Arab dan Berber, dan karya pengantarnya, Muqaddimah, menorehkan sumbangan besar bagi ilmu-ilmu sosial. Kitab al-‘Ibar berisi laporan tentang kejadian-kejadian bersejarah, sedangkan Muqaddimah, mendiskusikan sebab-sebab pokok dan makna batiniah (inner meaning) dari sejarah. Kajian ihwal sebab-sebab pokok dan makna-batiniah sejarah ini membentuk disiplin baru yang disebut oleh Ibn Khaldun sebagai ilmu masyarakat-manusia.

Pada buku Autobiography memberikan informasi berlimpah tentang program pengajarannya dan para guru utamanya. Diantara banyaknya guru yang beliau temui, figur yang paling berpengaruh terhadap perkembangan intelektual Ibn Khaldun adalah guru utamanya, yaitu Muhammad b. Ibrahim al-Abili. 

Seorang guru besar ilmu-ilmu rasional. Al-Abili membuat Ibn Khaldun menyadari bahwa praktik-praktik pengajaran tertentu justru merugikan proses transmisi pengetahuan karena penyebarluasan buku bacaan bisa berdampak negatif bagi penyajian pengetahuan. Maka, sungguh penting untuk mencari ilmu dari sumber-sumber aslinya secara langsung. Ibn Khaldun semenjak akil balig sangat tekun di bidang literasi pengetahuannya, tetapi saat Wabah Sampar melanda pada 748 H/1348 M membunuh kebanyakan gurunya serta kedua orangtuanya.

Pada karya Muqaddimah  Ibn Khaldun memulainya dengan menyatakan bahwa sejarah dapat dipahami oleh orang terpelajar atau awam. Ibn Khaldun mengkritik para sejarawan Muslim yang amat tekun mencatat pelbagai kejadian bersejarah, tetapi mencapuradukkan fakta dengan gosip dan laporan palsu. Gaya penulisan sejarah seperti ini diulangi oleh generasi-generasi selanjutnya yang mengikuti mereka, sehingga laporan-laporan yang ditransmisikan ditambahi dengan aneka kisah yang tidak masuk akal dan tidak bisa dipercaya. 

Di sisi lain, sejarah spekulatif teoritis akan menelisik makna-batiniah sejarah dan menggali asal-usul dan sebab-sebab dari apa yang dilaporkan sebagai fenomena permukaan dari sejarah. Apa yang kita kumpulkan sejauh ini adalah bahwa makna-batiniah sejarah merujuk kepada asal-usul dan penyebab kejadian-kejadian itu. Pada buku satu Kitab al-Ibar Ibn Khaldun menyadarkan kita akan kekurangan penulisan sejarah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline