Lihat ke Halaman Asli

Terhambatnya Pertumbuhan Ekonomi Para Petani Konvensional di Nagari Situmbuk

Diperbarui: 23 Maret 2021   13:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerbang Masuk Nagari Situmbuk

BATUSANGAKAR- Situmbuk merupakan salah satu nagari yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Nagari ini terletak di dekat Batusangkar, ibu kota dari Kabupaten Tanah Datar, Indonesia. Saat ini kondisi perekonomian Nagari Situmbuk masih terhambat. Padahal Nagari Situmbuk memiliki potensi yang tinggi dibidang pertanian untuk menaikkan pertumbuhan ekonominya. Namun, hingga saat ini belum ada titik terang yang signifikan untuk penyelesaian masalah ini.

Berdasarkan topik yang disoroti oleh  SDGs (Sustainable Development Goals) nomor 8, Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. Dengan tujuan yaitu Berusaha Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan, Kesempatan Kerja yang Produktif dan Menyeluruh serta Pekerjaan Layak untuk Semua. Target-targetnya meliputi mempertahankan pertumbuhan ekonomi per kapita; mencapai tingkat produktivitas ekonomi lebih tinggi; menggalakkan kebijakan pembangunan yang mendukung kegiatan produktif; penciptaan lapangan kerja layak; mendorong formalisasi dan; mengurangi proporsi usia muda yang tidak bekerja; tidak menempuh pendidikan atau pelatihan (NEET); mempromosikan pariwisata berkelanjutan; memperkuat lembaga keuangan.

Perekonomian Nagari Situmbuk tidak meningkat dengan signifikan sejak 5 tahun terakhir. Padahal hampir setengah dari luas Nagari Situmbuk adalah lahan pertanian yang subur, yang harusnya bisa meggerakkan pertunbuhan ekonomi dengan baik. Namun, hingga saat ini para Petani Nagari Situmbuk belum bisa mengelola lahan tersebut dengan baik. Nagari Situmbuk harusnya mendapat perhatian lebih terkait perekonomian dan kelayakan kerja.

Perekonomian Bergantung pada Hasil Tani

Para Petani sedang Menanam Padi di Pagi Hari

Banyak faktor yang menghambat majunya pertanian di Nagari Situmbuk. Saat ini, dari 2783 total penduduk Nagari Situmbuk, 10,96% penduduknya berprofesi sebagai Petani. Dengan data ini dapat dilihat bahwa Petani di Nagari Situmbuk sangat berpotensi untuk meningkatkan perekonomian Nagari.

Kendala utama para petani tidak optimal dalam mengelola lahannya yaitu belum tersedianya teknologi yang bisa menunjang aktvitas pertanian. Pembahasan pertanian 4.0 sudah lama dibahas, namun untuk daerah kecil seperti Nagari Situmbuk belum bisa merasakan fasilitas yang memadai guna meningkatkan hasil tani mereka. Semakin berkembangnya zaman maka permintaan hasil tani semankin meningkat. Sedangkan para petani konvensional tidak bisa menyanggupi angka permintaa yang semakin tinggi. Petani modern dan konvensional tentunya memiliki input yang berbeda.

Pada pertanian konvensional alat-alat yang digunakan masih sederhana, misal cangkul, sabit, tenaga manusia untuk memanen serta pengelolahan pasca panennya. Sedangkan petani modern, sudah menggunakan mesin canggih, misalnya untuk menanam maupun memanen.

Tidak sampai disitu, menurut salah satu perangkat Nagari, Doni (46) Rabu, (17/03) mengungkapkan “Aliran air ke sawah dan ladang juga menjadi kendala utama para petani. Permasalahan ini tidak kunjung selesai dan sangat menghambat majunya pertanian Nagari kita. Karena sumber mata air Nagari ini sedikit, sementara lahan pertanian sangat luas, dengan begitu pengairan air ke lahan tidak maksimal. Kami harus membagi jadwal aliran air setiap harinya, jika tidak dijadwalkan seperti ini, lahan pertanian yang jauh dari aliran air akan mengalami gagal panen.” Ujarnya. Doni lanjut menjelaskan salah satu solusi untuk pengairan ini adalah membuat sumur bor. Solusi ini masih dalam tahap pengerjaan, besar harapan sumur ini segera rampung dan sumber air yang ditemukan dapat mencukupi untuk kebutuhan lahan pertanian.

Selanjutnya, hama dan penyakit tananaman pun turut menjadi faktor berkurangnya hasil tani para petani Nagari Situmbuk. Akibatnya, mereka mengalami kerugian yang cukup besar. “Pada tahun 2019 penyakit dan hama sangat mengganggu hasil tani. Hama dan penyakit tanaman ini sebetulnya hal yang pasti ditemui setiap petani, jadi masing-masing petani mempunyai cara tersendiri dalam mengatasinya” tutur Doni.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline