Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Cerpen: Gulai Kambing untuk Ayah

Diperbarui: 13 Juli 2022   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image:/www.shutterstock.com/th/image-vector/man-silhouette-profile-picture-vector-151265393

"Ning!"

Seruan itu membuatku mematikan kompor, mencuci tangan, lalu gegas menuju ruang tengah.

"Ya, Bu?"

"Nanti kalau gulai kambingnya sudah masak, jangan lupa sisihkan buat ayahmu, ya. Sekalian antar ke rumahnya."

Mendengar perintah ibu aku terdiam --- lebih tepatnya memilih diam.

"Bagaimanapun juga dia itu ayahmu, Ning. Yang mengukir jiwa ragamu. Jadi tidak ada salahnya kita mengalah. Apalagi ini masih suasana Idul Adha. Saat yang tepat untuk saling memaafkan." Ibu menegurku, seolah tahu apa yang tengah kupikirkan.

"Kukira kita sudah melakukannya sejak dulu, Bu. Mengalah. Bahkan porsi mengalah kita telah melebihi batas!" Kusambar kalimat ibu dengan suara meninggi.
Sontak ibu menatapku seraya menghela napas panjang.

Aku tahu ibu akan memberi wejangan lebih banyak lagi. Tapi aku sedang tidak punya napsu untuk berdebat. Terutama jika perdebatan itu membahas soal ayah. Pria yang rela meninggalkan istri dan anaknya demi wanita lain.

***
Aroma wangi gulai kambing merebak ke seluruh ruangan. Sebaskom besar tersaji di atas meja, sebaskom lainnyak kubiarkan tetap berada di atas kompor.

Kulihat ibu sudah duduk di salah satu kursi yang melingkari meja makan. Dandanannya rapi. Senyumnya terlihat manis dan sumringah.

"Ning, maafkan ibu, ya." Ibu berkata sembari menatapku tak berkedip.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline