Lihat ke Halaman Asli

Jor El

Penulis Lepas

Ini Tanggapan Saya Atas HL Hari Ini

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini saya membaca HL di Kompasiana (Lagi, Film Hanung Menuai Protes), dan artikel ini untuk memberi pemahaman lebih apa gay itu, sebuah isu yang diangkat di film Cinta Terlarang: Batman dan Robin karya anak bangsa Hanung Bramantyo. Pahami sebelum menjudge apalagi hanya untuk menutupi kebebasan berekspresi seseorang yang notabene nya TIDAK MERUBAH HAL PRINSIPAL SEBUAH AGAMA.

Gay… sebuah kata yang langsung membuat penyandangnya dikucilkan dimasyarakat. Banyak stigma negatif yang beredar dimasyarakat akibat pemberitaan media yang lebih mengedepankan hal buruk si gay nya ketimbang prestasi si gay nya. Bukti sejarah bahkan sudah menampilkan, bahwa gay sudah ada sejak tahun 480 SM, bukti ini dapat ditemukan pada piala merah Attika dari Tarquina (Boston Musseum of Fine Arts), yang menggambarkan hubungan Zefiros dan Hiakinthos. Meski mayoritas negara didunia tidak mempermasalahkan, bahkan melegalkan, tapi tetap saja gay masih dianggap negatif.
Kata Homoseksual sendiri kadang dikaitkan dengan gay, padahal panduan penulisan modern di Amerika Serikat menyarankan untuk tidak menggunakan kata homoseksual, karena kata homoseksual sendiri memiliki sejarah yang buruk dan kata tersebut hanya merujuk pada perilaku seksual (berlawanan dengan perasaan romantis). Banyak artis, atlet bahkan pejabat yang sudah mengakui dirinya adalah gay, tapi tetap saja langsung dikucilkan. Tanpa melihat sisi baik dari orang tersebut.
Para anti gay, atau yang lebih dikenal sebagai Homophobia, cenderung membesar-besarkan kasus gay bahkan tak kurang ada yang membumbui cerita gay, sehingga makin terkesan “horor”. Gay itu bukan pilihan hidup, namun gay adalah salah satu bentuk “kelainan” yang diakibatkan oleh gen. Perdebatan pun mengalir, ada yang berpikir itu hanya akal-akalan kaum gay, tapi pernyataan tersebut makin dikuatkan dengan adanya penelitian medis. Inilah yang kadang saya sesalkan, kenapa media tidak mempublish hal tersebut sehingga masyarakat lebih paham akan kaum gay? Malah yang ada, sederet peristiwa kelam kaum gay yang diumbar media. Padahal, media adalah salah satu bentuk “buku” yang mampu mengedukasi konsumennya.
Gay juga bukan penyakit. American Psychiatric Association, sudah menghapus gay dari deret gangguan mental klinis. Makanya, tidak ada satupun dokter yang berani mengatakan bahwa gay itu penyakit.
Salahkah bila menjadi gay? Jika kita memandang dari kacamata agama, maka anak kecil pun pasti menyebut “gay itu salah (baca:dosa)”. Namun bila kita melihat dari segi medis, maka menjadi gay tidaklah salah. Hal baik pun bila dilihat dari sudut pandang tertentu pasti akan terlihat salah.
Jangan pula kita melihat beberapa kasus kejahatan seksual lalu mengaitkan dengan orientasi seks pelakunya. Toh, banyak juga pelaku seks yang juga adalah straight, namun melakukan kejahatan seksual. Apa mungkin kita menganggap bahwa pria straight itu berbahaya? Tentu tidak kan. Jadi sebagai manusia, kita seharusnya tidak menghakimi apalagi menyudutkan sesorang hanya karena orientasi seks nya. Biarkan itu menjadi hal pribadi dia dengan Tuhannya. Menjadi pria normal namun moralnya bejat? ya itu lebih buruk lagi ketimbang menjadi gay. Dan patut diingat, penulis tidak menganjurkan tetapi ingin menekankan sikap yang ngakunya "normal" dalam merendahkan kaum "berbeda", bahwa apa yang dilakukannya itu hanya akan menyakiti yang minoritas.

Salam,




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline