Lihat ke Halaman Asli

Efrem Siregar

TERVERIFIKASI

Tu es magique

Tahun 2021 Baru Seujung Kuku, Industri Baja Nasional Sudah Kembali "Menjerit"

Diperbarui: 24 Januari 2021   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mesin produksi menggunakan material berbahan baku baja. (Foto oleh Kateryna Babaieva dari Pexels)

BAJA identik dengan kekokohan dan sifatnya yang keras dan kuat. Dalam pembangunan infrastruktur, konstruksi baja selalu menjadi andalan. Bahkan jika mengalihkannya sedikit ke sektor pertahanan, kita akan mendapati kendaraan tempur lapis baja.

Kesan kokoh dan kuat ini dapat melekatkannya pada sisi maskulinitas.

Namun, julukan baja sebenarnya lebih dikenal dari sisi feminisme, utamanya kepada industri baja yang disebut sebagai mother of industry. Musababnya, produk baja banyak digunakan dalam pelbagai sektor dari konstruksi, perhubungan, otomotif, listrik, pertambangan dan energi, dan sistem pertahanan.

Identitas mother of industry itu adalah bentuk penghormatan karena dari dialah segala sektor industri dapat terlahir. Kaleng pada biskuit terbuat dari baja. Cangkul yang dipakai para petani untuk menggaruk tanah demi panganan kita, terbuat dari baja.

Genteng rumah yang melindungi kulit dari terik matahari, gelegar petir dan derasnya air hujan, sebagian besar di antaranya merupakan baja. Atau ambil bagian terkecilnya, baut yang sering menyatukan komponen perangkat kendaraan adalah baja.

Kalau saja si Polan yang mau berkencan ternyata mendapati salah satu baut motornya bergeser akibat terlalu sering menerima tekanan, maka pupuslah malam minggunya bersama sang kekasih.

Mau beralasan baut motornya rusak, agak malu-malu. Kalaupun alasan itu diomongkan si Polan, mudah-mudahan dia tidak terkena kejutekan kekasihnya yang sembari waktu lama menunggunya hingga kesal.

Kisah si Polan dan kekasihnya hanya ilustrasi. Dalam dunia nyata, tekanan itu menimpa industri baja nasional pada tahun ini. Ceritanya bukan lagu baru untuk tahun 2021, tetapi sudah berkali-kali terdengar dalam kurun waktu satu dekade terakhir.

Baja yang kokoh itu ternyata bisa menjerit.

Kali ini, industri baja kembali mengalami tekanan akibat derasnya baja impor dari China. Pengumuman ini tersiar luas tatkala Presiden Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyampaikan konferensi pers tiga hari lalu dengan berkata bahwa 100.000 pekerja di industri baja terancam PHK.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline