Lihat ke Halaman Asli

Efrain Limbong

TERVERIFIKASI

Mengukir Eksistensi

Banjir, Normalisasi Sungai dan Resistensi Komunikasi Politik

Diperbarui: 7 Januari 2020   15:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Jokowi saat sidah penanganan banjir. Doc Biro Pers, Media dan Informasi SekPres

Dalam kegiatan saya mendampingi wakil rakyat (Senator) yang turun ke daerah guna menjaring aspirasi warga, dominan warga bermohon agar dilakukan normalisasi sungai guna mencegah terjadinya  banjir. 

Fakta lapangan ini merupakan sebuah realitas yang dihadapi warga yang tinggal didekat daerah aliran sungai. Permohonan agar dilakukan normalisasi sungai karena sudah mengalami langsung dampak banjir yang menerjang desa mereka. Maka ketika bertemu dengan wakil rakyat, 'request' soal normaliasi sungai, merupakan aspirasi yang utama. Dan ini mencuat di beberapa daerah yang saya dan sang Senator kunjungi.

"Kebetulan ada bapak Senator datang berkunjung ke tempat kami. Maka kami menyampaikan agar segera dilakukan normalisasi sungai untuk mencegah jangan lagi terjadi banjir seperti ini. Semoga aspirasi ini bisa diperhatikan," ujar seorang kepala desa di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah yang desanya terkena banjir bandang beberapa waktu lalu.

Ada juga warga yang desanya terancam banjir, ikut was was karena jika hujan deras turun, maka air sungai meluap hingga masuk daratan wilayah desa. Disini permintaan untuk dilakukan normalisasi juga tidak terlelakkan. "Kami minta bapak wakil rakyat yang terhormat dapat memperjuangkan aspirasi kami soal normalisasi sungai. Karena jika hujan deras tuurn, air sungai pasti meluap masuk ke desa," ujar kepala desa lainnya saat menyampaikan aspirasi.

Warga di Sigi Sulteng saat menyampaikan aspirasi normalisasi sungai. Doc Pri 

Di daerah lain bahkan sudah menjadi langganan, jika air sungai yang meluap meraangsek hingga ke areal persawahan rakyat, bahkan nyaris memutuskan jalan desa. Namun ironisnya kondisi tersebut belum tersentuh upaya normaliasi sungai, sehingga dampaknya cukup dirasakan oleh warga desa. "Aliran sungai yang meluap kalau banjir, berdampak ke sejumah desa di wilayah kami. Makanya perlu dilakukan normalisasi sungai," tutur salah warga Desa di Kabupaten Poso.  

Normalisasi yang dimaksud warga diantaranya mengeruk badan sungai untuk diperdalam dan diperlebar, sehingga air sungai lancar mengalir dan tidak meluap. Selain itu normalisasi yang dimaksud yakni membangun dinding sungai dengan turap dengan beton agar tidak longsor. Juga berupa pemasangan bronjong pada dinding sungai tidak cukup hanya dengan dikeruk. "Ditempat kami normalisasinya harus dengan membuat bronjong di dinding sungai, karena kalau hanya dikeruk dan diperlebar, tidak mempan," ujar kepala desa di Kabupaten Parigi Moutong.

Dampak Banjir Sangat Merugikan

Melihat  dampak banjir yang terjadi di daerah lain dengan di Jakarta diawal tahun 2020 ini jelas punya kesamaan, yakni sama sama menimbulkan kerugian. Diantaranya ada korban jiwa, ada banyak warga yang mengungsi, ada banyak rumah, kendaraan dan perabotan yang rusak porak poranda, juga fasilitas umum yang terganggu serta krisis air bersih.  

  • Intinya jika banjir terjadi, maka penderitaan yang akan dialami oleh warga. Apalagi jika banjir tersebut terjadi akibat ulah manusia yang lalai dalam menjaga lingkungan. Namun lebih fatal lagi jika upaya pencegahan yang harusnya bisa ditangani, namun tak kunjung dilakukan,  karena terbentur berbagai hal.

Melihat kenyataan bahwa banjir dapat menimbukan kerugiaan yang besar, maka permintaan normalisasi sungai rasanya merupakan sesuatu yang rasional. Permintaan yang sangat relevan untuk menghindari terjadinya bencana yang sewaktu waktu bisa datang. Namun sayangnya untuk melakukan normaliasi sungai ada beberapa aspek yang  harus dipenuhi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline