Lihat ke Halaman Asli

Effendy Wongso

Food Blogger, Jurnalis, Fotografer, Cerpenis

Minuman "Legend" Ini Kini Tak Hanya Dikonsumsi Kaum Akar Rumput

Diperbarui: 6 Februari 2025   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi es cendol. (Foto: Ariyani Tedjo via kompas.com)

Nyendol, yuk! Kalimat ini mungkin masih asing kedengaran. Paling tidak, jika dibandingkan kalimat 'ngopi yuk' untuk ajakan minum kopi dan 'ngeteh' untuk kegiatan minum teh sembari kongko-kongko atau istilah gaulnya 'nongky-nongky'.

Dalam keseharian, kedua kalimat bersifat ajakan tersebut di luar kalimat 'nyendol' memang sudah akrab di telinga orang Indonesia. Kedua kegiatan tersebut tidak hanya sudah menjadi budaya warga di Tanah Air, akan tetapi juga warga dunia.

Hal itu dapat dilihat menjamurnya kedai-kedai kopi dan teh bertaraf internasional seperti Starbucks dan Coffee Beans and Tea Leaf guna mengakomodir kegiatan minum kopi dan teh bagi pelanggan.

Nah, guna mengapresiasi minuman Nusantara agar menjadi beverage yang mendunia, tentu diperlukan upaya kulturisasi agar dapat terserap di pasar global. Tentu pula, kita semua ingin mendengar kalimat seperti 'nyendol yuk' atau
'ngewedang (jahe)' misalnya, sebagai ajakan seseorang terhadap lawan bicaranya.

Jika telah mengultur, bukan tidak mungkin cendol akan menjadi minuman internasional dan tersedia dalam berbagai gerai-gerai bisnis yang mendulang cuan besar bagi pelaku usaha.

"Saat ini, Gen Z menjadi ladang pasar yang sangat menjanjikan. Tidak dapat dinafikan jika kaum muda ini adalah konsumen potensial. Untuk itu, minuman nasional perlu disosialisasikan terus menerus agar mendapat tempat di hati mereka sebagai minuman favorit, tidak melulu kopi atau teh yang dikreasikan dalam berbagai menu menarik," ungkap Supervisor Waroenk Resto and Cafe Amelia Saputri Wahab ketika ditemui di Jalan WJ Lalamentik, Oebufu, Kota Kupang, Senin 3 Januari 2025 pagi.

Kendati secara go public cendol, dalam hal ini es cendol, belum dapat bicara banyak di kancah internasional, imbuhnya, namun sejatinya cendol sudah tidak dapat dipisahkan dari keseharian masyarakat Indonesia.

"Karena sudah sangat merakyat, minuman ini telah jadi 'legend'. Paling tidak di grassroot (kaum akar rumput)," jelas Amelia.

Es Cendol Durian Waroenk Seafood and Oriental Cuisine. (Foto: Aan/Dok Waroenk Seafood and Oriental Cuisine)

Dalam jajaran menu yang ditawarkan pelaku usaha kuliner, dengan sendirinya es cendol sudah tidak terpisahkan dari konsumsi masyarakat di Tanah Air.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline