Lihat ke Halaman Asli

Een Nuraeni

pekerja sosial

Tidak Ada Jalan ke Sekolah di Pandeglang

Diperbarui: 25 Februari 2020   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Sabtu, 11 Januari 2020 untuk pertama kalinya menginjakan kaki di kampung Kamancing, desa Tanjungjaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Sebuah kampung yang tidak jauh dari kawasan pariwisata Tanjung Lesung. Tujuan pertama mendatangi kampung ini adalah untuk mengadakan baksos pembagian perlengkapan sekolah ke MI Bina Insani Kamancing yang menurut informasi yang didapat kondisinya sangat memprihatinkan. 

dokumentasi pribadi

Kampung Kamancing tidak memiliki infrastruktur jalan layaknya kampung pada umumnya. Akses yang ada saat ini hanya jalan tanah berbatu melewati hutan miik salah satu perusahaan di kawasan tersebut. Bisa dibilang kampung ini terisolasi, tidak memiliki akses jalan dan alat transportasi yang memadai. 

Kondisi tersebut sangat berdampak langsung terhadap kondisi perekonomian warga dan menghambat warga untuk dapat mengakses pendidikan dan kesehatan. Jangankan mobil, motor saja tidak dapat melintas menuju kampung tersebut kecuali motor-motor yang sudah dimodifikasi dengan cara dipasang rantai dibagian ban motornya agar tidak licin.

Meskipun cukup berbahaya, namun itu satu-satunya cara untuk membantu warga mengangkut hasil panen atau kebutuhan lain dari luar kampung mereka.

dokumentasi pribadi

dokumentasi pribadi

Bisa dihitung berapa kali dalam sebulan mereka pergi keluar dari kampung Kamancing ini untuk sekedar berbelanja atau mengunjungi saudara di tempat lain. Terlebih para Ibu yang pasti sangat berat harus berjalan kaki jauh dan naik turun bukit untuk bisa menjangkau kendaraan umum jika ingin bepergian. Kalau yang pernah ke Baduy luar atau gazebo, jalan yang harus dilalui untuk sampai ke Kamancing sangat mirip dengan ke sana. 

Bedanya, menurutku warga Baduy lebih kuat dan menganggap hal ini sangat biasa. Sedangkan warga Kamancing menginginkan adanya jalan yang layak seperti kampung-kampung lainnya di Pandeglang. Tapi sampai saat ini belum ada yang memperjuangkan harapan mereka untuk memiliki jalan dan memiliki sekolah yang layak.

Dokpri

MI Kamancing didirikan pada tahun 2012 diatas tanah wakaf seluas 500m2. Sekolah ini didirikan atas dorongan kebutuhan warga, akan adanya lembaga pendidikan setingkat sekolah dasar yang bisa menjadi tempat bagi anak-anak mereka untuk memperoleh pendidikan. Hal ini dikarenakan jarak sekolah Dasar Negeri yang berada cukup jauh dan sulit untuk diakses anak-anak. 

Kalau dihitung dari segi jarak mungkin tidak terlalu jauh, hanya sekitar 2-3 kilometer menuju sekolah dasar negeri. Namun, terjalnya jalan setapak melewati hutan berbatu dan tanah licin yang harus dilewati menyebabkan warga kesulitan untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Jumlah siswa yang bersekolah di MI Kamancing berjumlah 56 orang. Meskipun kondisi sekolah sangat memprihatinkan, tidak mengurangi semangat guru-guru di sekolah ini untuk memberikan pendidikan terbaik, semampu yang mereka bisa. 

Bangunan berdinding triplek yang sudah bolong dan rapuh. Kondisi atap yang mulai bocor disana sini. Sehingga tidak jarang kalau hujan turun tempias air hujan sering masuk ke ruang kelas saat kegiatan belajar mengajar berlangsung membuat mereka terpaksa bergabung dengan kelas lain yang tidak bocor. Papan tulis digunakan secara bergantian, jadi dua kelas hanya memiliki satu papan tulis.

Tingkat pendidikan di Kampung ini bisa dibilang sangat rendah, hanya 70% orang tua wali siswa yang lulus sekolah dasar (lulus SMP? Lulus SMA? Bisa di tebak berapa orang saja) dan 90% berprofesi sebagai petani/buruh tani. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline