Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Kantor Berita Antara Memasuki Babak Baru

Diperbarui: 13 Desember 2018   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gedung Kantor Berita Antara Pasar Baru. Antara didirikan 13 Desember 1937. Kini, gedung ini diubah menjadi galeri dan pelatihan jurnalistik. Foto | Dokpri

Pers benar-benar dapat menikmati kebebasannya meski tetap harus bekerja pada koridornya, mengindahkan kode etik sejalan makin ketatnya persaingan antarsesamanya memperebutkan pasar iklan.

Pasar iklan demikian penting untuk membiayai diri dan kelangsungan hidupnya.

Media cetak secara bertahan bergeser mengembangkan website lantaran melihat pasar pembaca sudah bergeser menggunakan gawai. Memang masih ada perusahaan pers yang tetap mempertahankan media cetak berupa majalah dan surat kabar, tapi di sisi lain tetap menggarap pasar pembaca melalui website.

Reformasi bagi pers Indonesia, singkat kata, telah mengubah wajah pers. Pers bergerak mengikuti  perkembangan zaman. Sejak dulu, memang, pers tak pernah lepas dari Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Communication Technologies/ICT).  ICT telah mendorong perubahan cara kerja awak media dan manajemen di lembaga pers itu sendiri.

Di zaman bapak-bapak kita kecil, masa kolonial, perusahaan pers masih menggunakan kertas stensilan, buletin. Sekarang sudah tidak ada. Kalau dulu awak media pandai menulis cara cepat yang dikenal steno, kini sudah tidak ada lagi yang menggunakannya.

Nah, salah salah satu lembaga pers tertua, yaitu Kantor Berita Antara, kini juga telah mengubah cara kerjanya. Ketika zaman jadul menggunakan morse, yang pada zaman kolonial tergolong teknologi maju, kini sudah ditinggalkan. Kalaupun masih ada, paling dimanfaatkan oleh Pramuka.

Antara kini makin maju. Dalam usianya yang ke-81, secara fisik berbagai hal telah dibenahi. Kalau dulu menempati gedung di kawasan Pasar Baru, kini sebagian sudah berubah menjadi galeri dan pendidikan dan pelatihan. Para jurnalisnya kini menempati Wisma Antara. Perubahan fisik makin terlihat di ruang redaksi, namun masih terasa butuh perluasan.

Sayogianya perubahan fisik tersebut sangat membantu bagi para jurnalis. Namun itu tidak akan bermakna jika tidak disertai dengan perubahan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Antara kini makin membutuhkan kualitas SDM yang jauh lebih bagus mengingat kemajuan media massa (sosial) demikian cepat.

**

Sungguh tepat pernyataan Ketua Dewan Pers, Yosep Stanley Adi Prasetyo bahwa dewasa ini pers nasional kini berada di ujung tanduk.

Loh, apa kaitannya dengan Kantor Berita Antara yang kini tengah berulang tahun. Begini, bukankah di era digital para jurnalis harus pandai menyeleksi berita dari sekumpulan berita sampah?  Agar lolos dari posisi di ujung tanduk, maka tak ada pilihan lain institusi pers bersangkutan harus memiliki SDM mumpuni.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline