Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Perdebatan I'tikaf Bawa Gawai

Diperbarui: 7 Juni 2018   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

I'tikaf di Masjid Istiqlal. Foto | Dokpri

Usai shalat tarawih, dua rekan saya berdebat tentang i'tikaf. Sambil menyedot rokok dan menikmati kopi gelas pelastik yang dijual pedagang bersepeda keliling, kedua sahabat itu duduk di pelataran masjid beralaskan sajadah yang mereka bawa dari rumah.

Sesekali mereka tertawa berbarengan menyaksikan konyolnya anak gadis berkerudung lewat sambil melontarkan kata-kata mengejek:  "Yah ,cuma mampu beli kopi gituan."

"Bokek ya bang," ucap gadis lain sambil berlalu di jalan raya dengan langkah cepat-cepat.

Rupanya, kedua sahabat yang tengah menikmati kopi saset dengan harga murahan itu jadi perhatian anak gadis zaman "now".

Perhatian kedua orang yang tengah asyik membicarakan tentang i'tikaf sedikit terganggu. Perdebatan pun sedikit terganggu.

"Dasar cewek genit," kata seorang rekan itu menimpali celoteh gadis yang baru lewat tadi.

Dua sahabat itu, yaitu Bung Komar dan Ridwan. Di mata para jemaah masjid mereka dikenal sebagai merbot masjid, meski sesungguhnya mereka sudah memiliki pekerjaan tetap sebagai pegawai kantoran. Disebut merbot karena ia sangat aktif dalam berbagai kegiatan masjid saat Ramadhan ini.

Jadi, kedua sahabat ini memang pantas mendapat gelar sebagai merbot masjid. Petugas kebersihan masjid. Padahal, merbot masjid sudah ada. Namun karena keduanya sering terlihat membantu pekerjaan merbot, maka bolelah disebut sebagai merbot tambahan.

"Gue paling nggak setuju kalau i'tikaf itu membawa gawai, hendphon dan laptop segala ke masjid. Konsentrasi ibadah bakal terganggu," Komar melontarkan alasan penolakan argumentasi rekannya, Ridwan.

Ridwan, yang di kalangan pengurus masjid dikenal sebagai orang yang bijak, menimpali argumentasi rekannya itu dengan nada merendah.

Katanya: "Antum itu, kalau mengeluarkan pendapat dengan ucapan tenang. Sebab, kalau cara penyampaiannya bernada tinggi, maksud baik bisa melenceng dari harapan."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline