Lihat ke Halaman Asli

Rima Iqrima

ᮙᮨᮔ᮪ᮏᮓᮤ ᮇᮛᮀ ᮚᮀ ᮘᮨᮁᮔᮤᮜᮄ

Bahasa Prokem Mengubah Eksistensi atau Variasi?

Diperbarui: 23 Desember 2020   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa dapat dikatakan pewarisan budaya, sebagaimana yang kita ketahui media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi ialah bahasa. Manusia dianugrahi Celebrum Cortex oleh Tuhan sebagai pembeda dengan makhluk lainnya. Bukan berarti hewan tidak memiliki bahasa, hewan pun memiliki bahasa namun bahasanya tidak kompleks. Celebrum Cortex tersebut dapat memproses bahasa secara kompleks sebagaimana yang dipelajari dalam ilmu Psikolinguistik. Bahasa bukan hanya verbal saja, dapat juga bersifat nonverbal. Misalnya, seorang bayi menangis, termasuk dalam bahasa. Mengapa demikian?

Penulis mengadopsi pendapat ahli bahwa bahasa ialah alat komunikasi yang terdiri dari sistem lambang dengan maksud menyampaikan informasi atau pesan (Eriyanti et al., 2020 : 10). Jika dikaitkan dengan fenomena bayi menangis yakni bayi tersebut sedang melakukan komunikasi, dengan maksud menyampaikan pesan kepada ibunya atau orang di sekitarnya bahwa dia lapar atau haus. Komunikasi bahasa manusia mempunyai spesialisasi, manusia dapat berbicara tanpa harus menggunakan gerakan fisik yang sepenuhnya menggambarkan pesan yang ingin disampaikan. Dalam hal berbicara, manusia dapat berbicara sambil melakukan pekerjaan lain yang tidak berhubungan dengan konteks yang dibicarakan. Sedangkan komunikasi Kupu-kupu dengan gerakan atau tariannya memaksa Kupu-kupu secara fisik terlibat dalam gerakan tersebut.

Setiap negara memiliki bahasa nasional yang digunakan oleh suatu negara, misalnya negara Indonesia bahasa nasionalnya Bahasa Indonesia. Berbicara bahasa Indonesia, kemudian bagaimana eksistensi Bahasa Indonesia yang benar di kalangan milenial sekarang ini? Tidak asing lagi rasanya mendengar pemuda yang memakai Bahasa Prokem. Hadirnya Bahasa Prokem ini apakah Bahasa Indonesia yang benar mengalami pergeseran atau Bahasa Prokem hanya variasi? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, penulis mengenalkan kepada pembaca maksud dari Bahasa Prokem.

Menurut (Istiqomah et al., 2018 : 673) Bahasa Prokem berasal dari dua kata yakni kata "preman" yang disisipi kata "ok" dan kata "an" dihilangkan menjadi "prokem". Bahasa prokem adalah bahasa yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1980-an hingga abad ke-21 yang digantikan oleh bahasa gaul. Misalnya kata; bokap sebagai pengganti kata bapak yang disisipi "ok" begitu juga sebutan nyonya diganti jadi "nyokap".

Fenomena penggunaan Bahasa Prokem di kalangan pemuda sering penulis jumpai. Apalagi di sosial media, pemuda atau generasi Z tidak terlepas dari penggunaan Bahasa Prokem. Apalagi teknologi di zaman sekarang sudah berkembang, informasi yang didapat begitu pesat. Sehingga, penyebaran Bahasa Prokem bukan hanya anak kota saja yang menggunakan, tetapi orang desa pun demikian.

Penggunaan Bahasa Prokem yang sering penulis jumpai dalam sosial media Instagram, Whatsapp, dan Facebook, misalnya kata boleh juga disingkat menjadi boljug, kata malas gerak jadi mager, dan sebagainya. Kemudian, untuk menjawab apakah Bahasa Indonesia Prokem mengubah eksistensi atau hanya sebagai variasi, penulis melakukan penyurveian. Survei yang penulis buat terdiri dari 10 kata dari Bahasa Prokem dan responden harus mencari padanan dalam Bahasa Indonesia yang benar. Dari 10 kata tersebut di antaranya : takis, rempong, bray, kuy, cans, santuy, unch, woles, kudet, dan pap. Kata yang hampir tidak diketahui padanannya oleh responden ialah kata takis, dengan persentase 78%. Sedangkan kata yang hampir semua responden mengetahui padanannya ialah kata woles berada di garis 86%. Artinya survei tersebut menyatakan bahwa eksistensi Bahasa Indonesia masih terjaga di kalangan kaula muda, dari jumlah keseluruhan kata yang diujikan responden mampu menjawab padanan kata Bahasa Indonesia yang benar. Hanya saja, dalam hal implementasinya kaula muda masih sering menggunakan Bahasa Prokem. Sebenarnya tidak masalah asalkan berbahasa itu memperhatikan beberapa aspek sosial, yakni to whom? Memiliki arti untuk siapa, maksudnya siapa lawan bicaranya. Jika berbicara dengan pendidik tidak mungkin memakai Bahasa Prokem. Misalnya : "Iya Bu, santuy." Aspek kedua, what language, bahasa apa yang digunakan lawan bicara. Ketiga, who speak? Siapa yang beribicara. Kemudian, aspek keempat when dan terakhir to what end.

Berdasarkan fenomena yang terjadi, Bahasa Indonesia Prokem tidak melunturkan eksistensi Bahasa Indonesia yang benar di kalangan kaula muda. Jadi, Bahasa Prokem hanya berperan sebagai variasi bahasa. Hanya saja, perlu diperhatikan kembali penggunaan Bahasa Prokem tersebut, dan sebaiknya harus memperhatikan lawan tutur. Kedua, penggunaan Bahasa Prokem di kalangan kaula muda jangan sampai mengesampingkan pengetahuan mengenai padanan Bahasa Indonesia yang benarnya. Begitupun peran pendidikan di sini lebih penting, supaya Bahasa Indonesia yang benar ini tetap terjaga. Sebab, di Australia sendiri Bahasa Indonesia dipelajari pada tingkat sekolah dasar atau disebut dengan Newport Lakes Primary School (NLPS). Sebagai warga negara Indonesia harusnya bangga atas bahasanya, negara lain belajar bahasa Indonesia, masa negara Indonesia sendiri tidak mau mengakuinya. Jadi, lestarikanlah bahasa Indonesia sebagaimana negara asing melestarikannya.

Berdasarkan uraian di atas untuk menjawab Bahasa Prokem mengubah Bahasa Indonesia yang benar atau hanya variasi, yakni Bahasa Prokem hanya variasi dan tidak mengubah eksistensi. Namun, dalam hal implemntasinya Bahasa Prokem mengubah eksistensi Bahasa Indonesia yang benar. Kembali lagi pada persepektif masing-masing dari mana melihatnya.

Sumber Rujukan
Eriyanti, R. W., Syariffudin, K. T., Datoh, K., & Yuliana, E. (2020). Linguistik Umum. Uwais Inspirasi Indonesia.
Istiqomah, D. S., Istiqomah, D. S., & Nugraha, V. (2018). Analisis Penggunaan Bahasa Prokem dalam Media Sosial. Parole, 1(5), 665--674. www.scholar.google.com.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline