Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suweca

TERVERIFIKASI

Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Beladiri Praktis untuk Anak Perempuan

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Cukup lama saya tidak berlatih beladiri di tempat latihan. Di samping karena kesibukan, juga lantaran saya temukan olahraga yang lebih ringan dan selaras dengan usia. Ya, setahun terakhir ini saya menggeluti olahraga terapi kesehatan yang bernama Lin Tien Kung. Olahraga yang disebutkah terakhir ini lebih fokus pada perbaikan fungsi organ-organ di dalam tubuh yang (mungkin) mengalami gangguan sekaligus untuk menjaga stamina agar tetap prima.

Karena lumayan lama absen berlatih olahraga beladiri, kerinduan berlatih kembali menguat. Beberapa kali saya mengenakan kembali pakaian beladiriku yang dikenal dengan nama dogi sekaligus dengan sabuknya (obi). Menyenangkan juga mengenakan baju yang sudah cukup lama terlipat di dalam almari itu. Paling tidak ada empat stel baju beladiri terpaksa ‘tidur nyenyak’ di dalam almari karena tak lagi saya pakai. Rasanya energi dan semangat berlatih kian bertambah begitu mengenakan baju tersebut. Ada pula buku pelajaran yang biasa saya pakai sebagai penuntun saat berlatih sendiri maupun ketika melatih para anggota (kenshi). Jadi, buku itu sangat membantu untuk mengingat-ingat apa yang sudah pernah saya pelajari sekaligus mempraktikkan teknik-tekniknya.

Beruntung, anak perempuanku tertarik dengan olahraga beladiri ini. Dialah yang kulatih di rumah. Tak seperti latihan di tempat latihan khusus (dojo) yang terstuktur, komprehensif, dan sangat intensif, latihan untuk anak di rumah sekadar mengambil beberapa teknik yang praktis-praktis saja. Artinya, pilihannya adalah teknik yang relatif mudah dipraktikkan di lapangan dalam mengantisipasi gangguan/ancaman fisik yang mungkin terjadi.

Setiap sore saya melatih anak dengan beberapa teknik beladiri asal Jepang ini. Bagaimana melepaskan diri dari pegangan orang, bagaimana melipat, membanting, mengunci lawan, juga bagaimana menangkis, memukul, dan menendang. Pelajaran ini, saya pikir, perlu sekali sebagai bekal untuk menjaga diri, sama sekali bukan untuk gagah-gagahan atau membuat-buat masalah. Dalam keadaan kepepet/terancam teknik tersebut bisa digunakan. Itu kalau tidak mungkin menghindar alias lari menjauh, he he he. Rupanya anak saya bisa menikmati olahraga ini, walaupun beberapa kali ia mengeluh tangan dan kakinya sakit saat berlatih. Begitulah, sebelum berangkat studi ke luar daerah, saya targetkan paling tidak ia bisa menguasai minimal 10 teknik praktis.

Menurut pendapat saya, perlu sekali membekali anak perempuan (yang akan merantau) dengan ilmu beladiri praktis. Dengan itu, ia bisa sedikit menjaga diri jika tidak mungkin menjauhi peristiwa yang mengancam dirinya. Namun, tentu lebih klop lagi kalau dia juga menjaga diri dengan menerapkan apa yang disebut dengan Trikaya Parisudha, yakni berpikir yang baik, berkata yang baik, dan berbuat yang baik.

( I Ketut Suweca , 28 Juni 2012).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline