Lihat ke Halaman Asli

Eko Adri Wahyudiono

TERVERIFIKASI

ASN Kemendikbud Ristek

Ramadan untuk Menyembuhkan Pseudo Toleransi dalam Diri Kita

Diperbarui: 31 Maret 2024   15:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Faktor-faktor yang saling berkaitan dalam istilah  toleransi. https://www.stcolumbkille.org.uk/tag/anthony-horan/

"Tolong hargai saya juga yang tidak berpuasa nih! Jangan Anda saja yang berpuasa dan minta dihormati di bulan Ramadan ini!"

Jika kita mencermati kalimat di atas dalam discourse analyses, ada dua pertanyaan yang kemungkinan muncul, yaitu apakah ada makna ekspresi dari satu bentuk intoleransi pada satu bentuk aktivitas yang dilakukan orang lain?

Untuk menjawabnya, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah pada narasi kalimat yang diletakan pada konteks kalimatnya pada situasi apa? Bila, saat Ramadan, discourse (kalimat dalam percakapan) di atas itu termasuk Pseudo Tolerance.

Apakah Pseudo Toleransi itu?

Bila diterjemahkan bebas, kata 'pseudo' itu berarti 'terlihat nyata tapi abal-abal'. Meskipun tidak bisa dikatakan benar-benar 'palsu', pseudo tetap perlu diwaspadai sebagai bentuk kepura-puraan dan bisa menjadi bom waktu terjadinya konflik vertikal dan horizontal di kehidupan bermasyarakat.

Secara garis besar, pseudo toleransi, itu adalah bentuk intoleransi pada diri seseorang. Mereka pura-pura tampil toleran dalam lisannya, namun hati, pikiran dan perilakunya bertindak sebaliknya secara sembunyi-sembunyi.

Padahal makna sejati dari toleransi itu sendiri adalah sifat atau sikap seseorang dalam kemampuan untuk membiarkan, menenggang rasa, memperbolehkan pada pendirian, pendapat, perbuatan, kebiasaan dan lainnya yang dilakukan oleh orang lain meskipun hal itu bertentangan dengan pendirian pada dirinya sendiri.

Jadi ada penggalan kalimat, 'Tolong hargai saya juga yang tidak berpuasa ini....'. Narasi yang ditebak dari kalimat tersebut bermakna meminta hak untuk diberi kelonggaran, kebebasan atau toleransi. Bila konteksnya ada di bulan Ramadan, hal itu juga sah-sah dan patut dihargai oleh orang lain yang sedang berpuasa, meskipun dirinya juga harus dihormati oleh orang yang tidak berpuasa..

"Silakan tutup tirai tempat makan Anda agar tidak terlihat frontal dan vulgar aktivitas Anda bagi mereka yang sedang melaksanakan ibadah puasa!"

Kalimat berikutnya dalam discourse, temntu saja akan bisa ditebak dan normatif juga dan diucapkan oleh banyak orang yang berbeda. Kegiatan yang terjadi seperti ini, disebut sebagai bentuk toleransi bermasyarakat yang majemuk di negara tercinta kita ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline