Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Ironi "Pahlawan Devisa"

Diperbarui: 16 Desember 2018   01:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kuingatkan kepada penguasa, mikro kecil menengah dan tertinggi mahabesar...

betapa bangsa ini sudah tak lagi bersyukur dan ingkar nikmat atas anugerah Ilahi, kekayaan alam ratna mutu manikam melimpah ruah yang tak tertandingi oleh belahan bumi manapun, jadi terbengkelai percuma begitu kita masih dinyatakan sebagai bangsa miskin, miskin dan miskin !

penguasa sang penyelenggara tatanan kehidupan bangsa masih sibuk mengurus diri dan supremasi, lena terhadap pesan suci ibu pertiwi di kala telah mendapatkan posisi berkesempatan nan berkesanggupan atas nasib jutaan jiwa yang wajib dipelihara

menuju bangunan kehidupan yang memancarkan saling kasih sayang saling memakmurkan, sebagai pengejawantahan atas anugerah sang pembimbing kehidupan tiada banding dengan segala isyarat yang telah terkodifikasi dan berujud bukti

kemanakah nuranimu wahai penguasa? merestui para perempuan ibu kita diberdaya dieksploitasi menjadi babu di negeri orang? tak cukupkah harta yang kita miliki untuk menghidupi para perempuan ibu kita serta keluarga batihnya jadi sejahtera? tak cukupkah?

laikkah mereka ditasbihkan sebagai pahlawan devisa negara..? 

pernahkah terlintas dalam benakmu hai penguasa, bahwa dalam hal apapun dan tak secuilpun kita ini, menjadi tuan di negeri sendiri meski teramat melimpah ruah harta yang kita miliki sebagai anugerah Ilahi...

(kudedikasikan jeritan hati ini, kepada nasib para perempuan Indonesia yang masih terabaikan dan harus rela bekerja di negeri orang, bukan berkategori sebagai tenaga ahli)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline