Lihat ke Halaman Asli

DwiWidiyanti _KakWiek

Don't Teach Me..I Love to Learn

Bermain sebagai Cara Belajar Anak Usia Dini

Diperbarui: 21 Juni 2021   06:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain merupakan kegiatan alami untuk anak yang dapat memberikan peran penting bagi perkembangan dan kebutuhan anak-anak. Bermain juga merupakan salah satu faktor penting kreativitas. Di era globalisasi ini, perkembangan jaman telah menggeser esensi bermain anak-anak secara fisik motorik menuju ranah kognitif. Dulu bermain identik dengan aktifitas olah tubuh, kebersamaan dalam arti menghadirkan fisik sesungguhnya untuk berinteraksi bersama dalam suatu aktifitas tertentu yang menyenangkan. Dengan kemajuan yang ada, sarana bermain anak turut berkembang dan tergantikan seiring arus modernisasi. Tanah lapang dan alam bebas tergusur pembangunan membuat anak-anak kehilangan area bermain. Mobilisasi masyarakat yang tinggi juga membuat jangkauan bermain anak-anak terbatas. Hadirnya Play Station (PS), gawai/ gadget, komputer/ PC dengan aneka aplikasi game-game yang bisa diakses secara online maupun offline, adalah salah satu produk globalisasi yang menawarkan “bermain” ala jaman now. Apakah ini berarti bermain sebagai dunia anak mulai bergeser esensinya? Bermain juga harus mengikuti perkembangan jaman, jika begitu, apakah bermain masih bisa dikatakan sebagai cara belajar anak?

Beberapa pendapat ahli mengungkapkan bahwa permainan merupakan “kebutuhan batiniah” setiap anak karena bermain mampu menyenangkan hati, meningkatkan keterampilan, dan meningkatkan perkembangannya (Montessori). Konsep bermain inilah yang kemudian disebutnya belajar sambil bermain. Lebih lanjut Britton, 1992 mengemukakan bagi anak permainan adalah sesuatu yang menyenangkan, suka rela, penuh arti, dan aktivitas secara spontan. Permainan sering juga dianggap kreatif, menyertakan pemecahan masalah, belajar keterampilan sosial baru, bahasa baru dan keterampilan fisik yang baru. Dan pada kenyataannya, anak-anak sekarang lebih senang bermain game online, PS, gawai dsb, daripada aktifitas bermain sesungguhnya.

Pada dasarnya, semua jenis permainan mempunyai tujuan yang sama yaitu bermain dengan menyenangkan. Yang membedakan adalah pengaruh dari jenis permainan tersebut. Ada dua jenis permainan yang keduanya haruslah seimbang (Hurlock, 2006), yaitu :

1. Permainan Aktif ; yaitu kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri. Termasuk ke dalam permainan aktif ini, antara lain:

a. Bermain bebas dan spontan, dimana anak dapat melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut. Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.

b. Bermain Peran, dimana anak memerankan suatu peranan, dengan menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan nyata, atau dalam pengetahuannya. Aktifitas ini merupakan cerminan apa yang dilihat dan didengar anak setiap hari. Bermain peran akan mengasah kreativitas anak dengan mengembangkan daya imajinasinya. Sejalan dengan meningkatnya usia anak, ktivitas bermain peran awalnya bersifat reproduktif berkembang menjadi produktif. Dari segi perkembangan kognisi anak sudah lebih mampu mengkreasikan ide-ide yang original.

c. Bermain musik, dapat mendorong anak mengembangkan IQ dan tingkah laku sosialnya melalui bekerja sama dengan teman-teman sebayanya dalam mencipta musik, menyanyi, atau memainkan alat musik. Bermain musik hanya menyenangkan anak itu sendiri tidak dituntut keahlian tertentu.

d. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu, dapat menimbulkan rasa bangga karena anak mempunyai koleksi lebih banyak daripada temannya dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong untuk bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing secara sehat.

e. Permainan olah raga, dimana anak banyak menggunakan energi fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisik-motoriknya. Selain itu, dapat mendorong sosialisasi anak dengan belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta menilai diri dan kemampuannya secara realistis dan sportif. Anak juga mengembangkan kemampuan kinestik dan motivasi untuk menunjukkan keunggulan dirinya (penekanan bukan pada persaingan tapi pada kemampuan) memberi kekuatan pada dirinya sendiri serta belajar mengembangkan diri setiap waktu.

f. Melamun, bukanlah termasuk kegiatan pasif yang tidak ada manfaatnya bagi anak-anak, dan bukan merupakan kegiatan yang menyia-nyiakan waktu. Dengan melamun akan memunculkan ide-ide yang kreatif atau positif dan otak anak akan bekerja dengan lebih banyak melibatkan aktivitas mental daripada aktivitas fisik. Melamun bersifat reproduktif yang artinya anak akan mengenang kembali peristiwa-peristiwa yang pernah dialaminya.

g. Bermain Konstruktif (membangun dan menyusun), seperti menggambar, mencipta bentuk tertentu dari tanah liat atau dari lilin mainan, menggunting dan menempel kertas atau kain, dsb. Akan menumbuhkan kreativitas dan imajinasi anak, serta melatih keterampilan motorik halus, melatih konsentrasi, ketekunan, dan kesabaran anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline