Lihat ke Halaman Asli

Dwi Klarasari

TERVERIFIKASI

Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

Mengenal Paraskavedekatriafobia, Fobia pada "Friday 13th"

Diperbarui: 14 November 2020   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: sfstherapy.com

"Happy Friday 13th!" Demikian cuitan seorang teman Kompasianer, Mbak Yayat hari ini yang sempat membuat jantung saya berdetak lebih kencang. Woow! Baru tersadar kalau hari ini adalah hari Jumat yang bertemu dengan tanggal 13 pada kalender bulan November 2020. Sekejap ingatan saya melayang pada film horor berjudul Friday the 13th, juga pada lagu bertajuk Lady in Red lantunan Chris de Burgh yang menegakkan bulu kuduk.  

Namun, kali ini saya tak hendak mengulas film horor yang cukup fenomenal pada zamannya itu. Sejak lama saya tertarik dengan fobia seseorang pada Friday 13th 'Jumat tanggal 13'. Memang ada ya fobia terhadap hari dan tanggal? Ada kok, simak deh!  

Triskaidekafobia 'Fobia pada Bilangan 13'

Tidak sedikit orang yang merasa ketakutan ketika tiba-tiba memecahkan cermin atau bertemu dengan kucing hitam. Berbagai pikiran buruk sontak menghantui bila kebetulan mengalami semua kejadian tersebut. Demikian halnya dengan ada orang-orang yang menjadi sangat ketakutan saat bertemu dengan angka 13.

Ilustrasi: Kadres -- pixabay.com

Entah sejak kapan ketakutan pada angka 13 mulai diketahui dan/atau disadari. Tampaknya takhayul dan mitos terkait angka 13 sudah ada sejak berabad-abad lampau. Kisah turun-temurun, film dan novel bergenre horor, dan tradisi dalam masyarakat secara tidak langsung turut andil melestarikan ketakutan tersebut.

Dalam istilah psikologis, ketakutan irasional pada bilangan 13 dikenal dengan sebutan triskaidekafobia. Istilah ini diambil dari bahasa Yunani. Tris berarti 3, kai berarti dan, sedangkan deka artinya 10.

Tidak dapat dimungkiri bila ketakutan pada angka 13 nyaris dimaklumi oleh kebanyakan orang hampir di seluruh dunia. Termasuk di dalamnya juga kalangan intelektual, seperti para ilmuwan, guru/dosen, pengusaha, kontraktor, dan pebisnis.

Saya masih ingat ketika mengontrak rumah di bilangan Jakarta Timur. Di rumah petak yang dibuat bertingkat-tingkat bak asrama tersebut, tidak saya dapati rumah bernomor 13. Alhasil, urutan nomor rumah adalah ..., 12, 12A, 14, dan seterusnya. Pernah juga saat naik lift di sebuah bangunan bertingkat lebih dari 13, saya tidak menemukan angka 13 pada tombolnya.

Ilustrasi: en.wikipedia.org

Ilustrasi: hotelbookers.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline