Lihat ke Halaman Asli

Dwi Aprilytanti Handayani

Kompasianer Jawa Timur

Implementasi Hablum Minannas dalam Kehidupan Sehari-hari

Diperbarui: 20 April 2022   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beragama dengan akhlak mulia, Sumber: Dokpri

Rasulullah diutus Allah untuk menyempurnakan ajaran-ajaran nabi terdahulu. Tidak hanya bertugas memperkuat pondasi tauhid dan syariat, namun juga memperbaiki akhlak manusia. Salah satu hadits berkaitan dengan akhlak adalah sebagai berikut:

"Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal radhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda, "Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan (keburukan). Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia." (HR. At-Tirmidzi)

Hadits ini mengandung tiga hal penting yaitu:

  • Perintah Allah agar manusia bertaqwa dimanapun kita berada
  • Seruan untuk mengiringi keburukan dengan kebaikan sehingga keburukan itu bisa dihapus oleh kebaikan
  • Seruan untuk memperlakukan sesama manusia dengan  akhlak yang mulia

Jika direnungkan ketiga hal ini adalah cara untuk memperbaiki akhlak yang merupakan sinergi antara beribadah kepada Allah, sekaligus menjalin hubungan baik dengan sesama manusia. Hablum minallah dan hablum minannas memiliki kedudukan yang seimbang di hadapan Allah. Puncak dari agama adalah akhlak, dan cara mewujudkan akhlak mulia adalah dengan beribadah sesuai syariat. Tiga hal yang penting direnungkan dalam hadits tersebut adalah:

1. Bertaqwa dimanapun berada mengandung makna mentaati perintah Allah tanpa melihat tempat, tanpa membedakan apakah sedang bersama orang lain atau sendirian. Insan yang mampu melakukan hal seperti ini adalah orang berakhlak baik, sebab bertaqwa dengan niat karena Allah, bukan berharap pujian manusia.

2. Apakah dosa bisa dihapuskan oleh kebaikan? Hadits ini menjawab pertanyaan kita. Setidaknya semakin memperbanyak berbuat amal kebaikan maka di akhirat nanti timbangan kebajikan akan lebih berat dibandingkan timbangan keburukan dan menyelamatkan kita dari api neraka.

3. Dan perintah Allah yang tak kalah penting adalah menjadi manusia yang baik, berlaku baik pada manusia lainnya. Dari sisi inilah akhlak manusia teruji, apakah ia mampu berbuat baik pada manusia lain, sebab banyak contoh muslim yang rajin menunaikan ibadah berkaitan dengan syariat tetapi kepada sesama manusia kurang baik perlakuannya. Kita diajak merenung apakah rajin sholat, puasa sunnah tapi lisan menyakiti tetangga. Adakah kita mampu berangkat umroh berkali-kali tetapi mengeluarkan zakat, infaq, sedekah terasa berat sekali. Ramadan saatnya merenungkan telah sebaik apa kita menunaikan tugas sebagai khalifah di bumi yang peduli kepada sesama manusia dan lingkungan sekitarnya.

Saya merenung kembali. Bertanya pada diri sendiri tentang hablum minannas dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Jawaban kutemukan dalam Al Qurn, Al Hadits dan nasihat bijak para ulama, dan saya tulis menjadi artikel khusus sebagai pengingat diri.

Temukan Cahaya, Menjadi Sebaik-baik Manusia, Sumber Dokpri

Siapa insan manusia yang diutamakan untuk diperlakukan sebaik-baiknya? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline