Lihat ke Halaman Asli

"Waspadai" Gatot Nurmantyo

Diperbarui: 19 November 2017   08:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 Sudah lama saya mencurigai sosok Gatot Nurmantyo! Ia adalah pribadi  yang sedang meraup pesona  publik yang sedang mencari alternatif  pemimpin masa depan di negeri ini. Nostalgia pemimpin gagah, tegas,  cerdas dan patriotik setidaknya memenuhi perspektif isi kepala publik  saat ini di sosok Nurmantyo.

 Nurmantyo memberi jawaban dari  sebagian besar mimpi alternatif pemimpin masa depan di republik ini. Ia  seorang prajurit, merakyat,  dekat dengan para ulama dan tak diragukan  kesetiaan pada negaranya.  Ia menjadi sosok yang menghiasi perspektif  publik saat ini. Bahkan gambar Nurmantyo saat ini masih menghiasi  ruang-ruang publik dimulai momen 5 Oktober.

 Sekali lagi saya  sangat mencurigai Nurmantyo untuk menjadi alternatif pemimpin di negeri  ini. Menjelang Pilpres 2019 akan ada suasana hangat-hangat panas    psikologi kolektif bangsa kita. Publik akan saling melontarkan dukungan  pada sosok-sosok tertentu plus "hujatan" pada tokoh yang dianggap  pesaingnya. Ini dinamika  wajar yang akan terjadi di tahun politik 2019.

 Sebagai pendidik saya berharap tahun politik dan riak demokrasi di  negeri ini makin matang, edukatif dan adem. Kehadiran Nurmantyo semoga  mewarnai suasana politik 2019 lebih adem. Kedekatan Nurmantyo dengan  rakyat dan para ulama adalah modal poitik yang baik bagi dirinya. 

 Pernyataan Nurmantyo terhangat saat ini adalah bahasa tubuh politik Dia  yang harus kita curigai. Ketika Ia mengatakan "dukungan" pada Jokowi  untuk terpilih kembali pada Pilpres 2019 agar pembangunan dapat berjalan  tersambung sampai 10 tahun adalah pernyataan politik. Ini harus  dicurigai.

 Judul di Tempo.com yang menuliskan "Bayangkan Kalau 2019 Nanti Bukan Jokowi" ucapan ini  terlontar dari sosok Nurmantyo yang sebagian orang selama ini  mengganggap akan menjadi lawan politik Jokowi di Pilpres 2019.  Pernyataan Nurmantyo "mendukung" Jokowi dihadapan "jamaah" Nasdem  yang  memang mau mengusung Jokowi di tahun 2019  telah memancing simpati  "jamaah" Nasdem.

 Teriakan mengelu-elukan Nurmantyo jadi calon  Wapres menggemuruh di kader Nasdem. Nurmantyo cukup berani melontarkan  pernyataan yang menjelaskan bahwa  terpilihnya Jokowi  tahun 2019 sangat  penting untuk melanjutkan program pembangunan yang sekarang ini sedang  dijalankan. 

 Dia menilai Indonesia sebagai negara yang aneh  karena tidak mempunyai rancangan pembangunan jangka panjang. "Rancangan  sepuluh tahun aja enggak ada. Adanya rencana lima tahunan dan diserahkan  pada presiden," Nurmantyo memberikan pesan bahwa Jokowi harus dipilih  kembali untuk melanjutkan pembangunan  yang saat ini sedang dilakukan  karena tidak cukup 5 tahun.

 Perspektif Nurmantyo yang mendukung  setiap Presiden sepuluh tahun berkuasa agar pembangunan sustain karena  tidak cukup lima tahun menjadi bahan pemikiran kita bersama. Bahkan Dia  mengatakan berkat jasa  SBY sepuluh tahun  berkuasa,  kita  semua bisa  melanjutkan pembangunn Indonesia saat ini. 

 Bagi sebagian orang  yang "benci" Jokowi dan kagum pada Nurmanyto ucapannya tentang dukungan  pada Jokowi agar dapat menjadi Presiden satu periode lagi demi  pembangunan akan membuat kecewa. Namun Nurmatyo adalah Jenderal dan  Panglima yang "SK" karirnya dari Jokowi. Ia pantas berterimakasih pada  Jokowi apapun bahasa diplomasinya.

 Nurmantyo orang cerdas dan  hebat. Saat gelombang 212 menguat Ia tetap mendapatkan simpati. Ia  seperti berpihak pada ulama dibanding pemerintah. Padahal sebenarnya Ia  berpihak pada semua. Ia adalah prajurut yang setia NKRI. Ia tidak  berpihak pada satu golongan. Kecuali golongan rakyat Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline