Lihat ke Halaman Asli

Gobin Dd

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Berpuasa, Jalan Masuk ke dalam Diri dan Cara Membaharui Diri

Diperbarui: 3 April 2022   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi puasa. Foto: freepik via Kompas.com

Hampir setiap agama menekankan pentingnya berpuasa. Berpuasa adalah salah satu praktik keagamaan yang mendukung hidup iman kita.

Lantas, apa tujuan berpuasa? Berpuasa seyogianya menjadi cara kita untuk mendekatkan diri dengan Allah dan cara kita untuk bersatu dengan Allah. Kita mendekatkan diri dengan Allah dengan cara mengontrol diri kita dari pelbagai hal yang merusak relasi kita dengan-Nya dan sesama.

Di sini, kita mengontrol diri bukan saja dari pengaruh-pengaruh dari luar, tetapi juga dari kelemahan-kelemahan manusiawi kita. Kelemahan manusiawi biasanya menjadi tantangan besar dalam menjalankan aturan puasa yang telah digariskan dalam hidup beragama. 

Dengan ini, kita tak bisa membatasi konsep berpuasa pada soal kontrol diri untuk tidak makan pada waktu yang telah ditentukan dalam aturan agama. Lebih dari itu, kita juga perlu menguasai sisi kelemahan manusiawi kita dan mampu mengarahkan diri kita itu pada jalan yang benar menurut ajaran agama.

Juga kita mengontrol diri untuk tidak makan sebagai upaya kita untuk menguasai kelemahan manusiawi. Ketika kita tak mengikuti tuntutan, misalnya rasa lapar, pada saat itu kita sebenarnya membangun sikap kontrol diri pada kelemahan manusiawi kita.

Maka dari itu, dua jalan yang perlu terbangun dalam upaya kita selama berpuasa.

Pertama, Berpuasa untuk masuk ke dalam diri kita. 

Kita perlu mengenal diri kita. Mengenal diri itu bisa terjadi lewat kemauan dan keberanian kita masuk ke dalam diri kita.

Memang, tak gampang untuk masuk ke dalam diri dan mengenal jati diri kita. Hal itu bisa disebabkan oleh pelbagai hal, seperti pengalaman masa lalu, luka batin, atau pun kemampuan pribadi kita.

Kita perlu masuk ke dalam diri agar kita bisa mengenal dan mengetahui diri kita sebagai seorang beriman. Tentu saja, kita akan bersentuhan dengan kekurangan dan kelemahan kita. Bahkan kita bisa menyadari keberdosaan kita.

Pada titik inilah, kita perlu membangun sikap batin yang mengarahkan kita pada sikap yang benar dan memampukan kita untuk mengontrol diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline