Lihat ke Halaman Asli

Gobin Dd

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Masuk Grup Medsos, Perlukah Tahu Intensinya agar Tidak Asal Posting?

Diperbarui: 4 Juli 2020   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

WhatsApp, Salah satu aplikasi Media Sosial yang kerap dipakai untuk pembentukan grup (Sumber foto: Guiding Tech.com)

Media sosial memberikan banyak kemudahan. Salah satunya, memberi peluang bagi banyak orang untuk membentuk grup.

Pembentukan grup memberikan keuntungan tersendiri. Terbilang ekslusif, dan topik pembicaraan bisa menjadi terarah. Terlebih lagi, jika grup itu dibentuk atas dasar minat dan kepentingan yang sama. 

Sejauh ini, saya mempunyai 7 grup di aplikasi WhatsApp. Barangkali terbilang sedikit bila dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Ada yang terlibat sampai 10 grup WA. Karenanya, sangat sulit dibayangkan bagaimana dia membaca dan menerima setiap pesan yang masuk.

Tiap grup terbentuk atas tujuan tertentu. Misalnya, grup teman angkatan sewaktu SMA. Umumnya, yang dibicarakan adalah kenangan masa lalu sewaktu SMA.

Saya perhatikan jika ada persoalan baru, hal itu tidak terlalu menarik banyak anggota grup. Paling-paling, hanya diminati oleh orang-orang yang bersentuhan langsung dengan persoalan tersebut. Diskusinya juga pendek. Mungkin karena tidak terlalu melibatkan banyak orang.

Beda kalau topik yang diangkat soal pacaran sewaktu masa SMA. Banyak orang yang berpartisipasi. Pasalnya, tiap orang hampir mempunyai koneksi dengan topik yang diangkat.

Pada titik ini, kita mungkin disadarkan jika sebuah grup terlahir karena intensi tertentu. Saat topik pembicaraan berjalan seturut intensi itu, banyak orang berpartisipasi. Tetapi, kalau tidak, banyak orang yang cenderung diam. Bahkan ada orang yang nekad meninggalkan (left) grup tersebut.

Sejauh ini, saya hanya meninggalkan satu grup di medsos. Alasannya, karena hampir orang-orang yang ada di dalam grup itu tidak saya kenal. Kebetulan saya dimasukkan oleh seorang teman ke grup itu guna membaca pelbagai renungan rohani.

Ternyata, bukan hanya renungan rohani yang dihadirkan di grup itu. Bahkan pembicaraan yang jauh dari konteks di mana saya berada dan berasal.

Daripada memori hanphone penuh dan kerap terganggu oleh desingan pesan masuk, saya pun meninggalkan grup itu. Keputusan ini terlahir karena saya melihat grup itu bertolak dari intensi yang diperkenalkan kepada saya.

Intensi utama dari pembentukan grup di medsos, pentingkah?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline