Lihat ke Halaman Asli

Gobin Dd

TERVERIFIKASI

Orang Biasa

Ketika Seorang Siswi Memilih Tinggal di Rumah Pacar daripada Pergi ke Sekolah

Diperbarui: 2 Maret 2020   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto Kompas.com

Konteks dan latar belakang tulisan ini terjadi di salah satu provinsi di Filipina. Harapannya, apa yang terjadi ini bisa menjadi pelajaran untuk semua, terutama bagi orangtua.

Beberapa hari lalu, saya berbincang dengan beberapa guru dari sebuah SMP negeri. Perbincangan kami seputar seluk-beluk pengalaman mengajar di SMP, tantangan dan persoalan yang dihadapi para guru dan dari para peserta didik.

Dari aneka persoalan yang muncul, salah satu hal yang mencuat ke perbincangan itu adalah persoalan kehamilan para siswi yang masih duduk di bangku sekolah.

Seorang guru yang berprofesi sebagai konselor sekolah mengatakan kalau persoalan kehamilan menjadi masalah tahunan. Artinya, setiap tahun ada siswi yang hamil dan bahkan ada yang lebih memilih untuk tinggal di rumah pacar mereka daripada kembali ke rumah orangtua dan pergi ke sekolah. Bahkan sebelum tahun ajaran ini berakhir, dikabarkan kalau sudah ada siswi yang dinyatakan hamil.

Saya menyaksikan sendiri faktanya kemarin sore. Di salah satu kampung, beberapa orang berkumpul di depan sebuah rumah. Mereka membicarakan tentang salah satu siswi, yang notabene tetangga mereka.

Siswi ini memilih untuk tinggal di rumah pacar. Bahkan si siswi rela melepaskan bangku sekolah hanya karena memilih relasi yang seharusnya tidak boleh untuk seusianya. Usianya masih 15 tahun.

Walaupun orangtua dan pihak guru sudah membujuk untuk pulang ke rumahnya, sang siswi tetap pada pendiriannya. Baginya pilihan untuk mengikuti dan tinggal bersama sang pacar merupakan pilihan yang benar. Jadinya, orangtua dan pihak guru merasa kesulitan untuk menyakinkan sang siswi.

Ada banyak sebab terjadinya persoalan seperti ini, terutuma sex di luar nikah dan pada usia dinih. Salah satu penyebabnya adalah adanya pembiaran dari pihak orangtua pada cara bergaul anak.

Anak-anak dibiarkan untuk bergaul seturut kemauan mereka tanpa ada kontrol ketat dari orangtua. Tetapi pada saat ada anak yang dinyatakan hamil dan memilih untuk mengikuti pihak laki-laki, orangtua begitu marah tanpa melihat penyebabnya.

Padahal hal yang paling pertama dan utama dievaluasi adalah metode pendidikan yang diterapkan kepada anak.

Kontrol ketat pada seorang anak bukan berarti memenjarakan anak pada kotak tertentu. Tetapi kontrol ketat ini menyangkut kemampuan orangtua mengetahui dan mengenal anak dengan baik. Bahkan orangtua mesti berani masuk dan mempelajari dunia anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline