Lihat ke Halaman Asli

Dodi Kurniawan

Simplex veri sigillum

Rahasia di Balik Degupan Jantung

Diperbarui: 10 April 2024   05:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://health.kompas.com

Hampir dua tahun lalu saya menulis tentang The Palette of Being. Saya sendiri memberikan judul tulisan kecil tersebut dengan The Pallete fo Life. Pagi ini, kembali gagasan Tom Chi tentang The Palette of Being mengemukan dalam benak. Chi membagi paparan ke dalam tiga kisah. Salah satu, sekaligus kisah yang pertama, yaitu tentang mengapa jantung kita berdegup yang ingin saya elaborasi dalam tulisan di hari ke-18 Ramadan tahun 2024.

Jantung berdegup untuk memompa darah agar beredar. Inti dari darah ini adalah heme B sebuah senyawa yang mengandung zat besi (Fe). Besi, menurut Chi, tidak ada dengan sendirinya di semesta ini. Besi tercipta dari rangkaian peristiwa di mana bintang raksasa terbentuk kemudian meledak, terbentuk lalu meledak dan begitu berulang-ulang. Besi lahir dari rangkaian panjang supernova, serangkaian detuman dan runtuhan rakasasa di semesta. Jadi, jantung kita yang berdegup adalah representasi dari proses bagaimana zat ini tercipta di semesta. Inilah yang dimaksud Chi dengan ungkapan keterhubungan kita di semesta ini. Everything is connected, ungkapnya.

Pendekatan Anekdotal

Besi, ferrum (Fe), dalam bahasa Arab disebut hadid. Ada satu hal yang menarik.  Di dalam Al-Qur'an terdapat satu surah yang secara khusus diberi nama besi, yakni Surah Al-Hadid. Menariknya, nomor atom Fe adalah 26 dan ternyata kata hadid juga berada tepat pada ayat yang ke-26 dari Surah Al-Hadid. Oh iya, dengan catatan basmalah dihitung sebagai ayat pertama, ya.

Kejutan kecil tapi menarik kita temukan. Bila kita hitung  jumlah nilai huruf Arab untuk hadid (besi, Fe) ternyata 26 juga. Kata hadid terdiri dari empat huruf: ha-dad-ya-dal.  Berdasarkan nilai huruf Arab, ha bernilai 8, dal bernilai 4 dan ya bernilai 10. Karena terdapat dua huruf dal dalam kata hadid maka dikalikan dua menjadi 8. Maka bila kita jumlah nilai kesemua huruf tadi: 8+8+10=26. Saya tidak bisa menyembunyikan senyum saat menuliskan dua paragraf ini.

Belum pudar senyuman di wajah, pikiran hanyut dalam ingatan tentang sebuah anekdot adu bangga anak SMA berkenaan dengan jurusan yang mereka pilih. Jelas semua siswa yang terlibat dalam cerita ini lulusan di atas tiga tahun yang lalu. Setidaknya mereka yang mendapatkan layanan Kurikulum 2013. Kurikulum ini lazim diringkas sebutannya, Kurtilas. Dan yang menggelikannya, sebagai orang Sunda, Kurtilas saya plesetkan sebagai Kurikulum Tilas. Tilas dalam bahasa Sunda berarti: bekas. Masa berlaku Kurikulum 2013 hanya sampai Juni 2024 atau akhir tahun pelajaran 2023/2024.  Tahun pelajaran baru 2024/2025 nanti kita sudah akan menggunakan Kurikulum Nasional baru - yang prototipenya populer dengan sebutan Kurikulum Merdeka. 

Saya lanjutkan anekdot anak SMA yang saya maksudkan tadi. Kisahnya seperti ini:

13-14 milyaran tahun lalu, terjadi sebuah dentuman besar yang menghasilkan energi,  massa,  ruang dan waktu. "Ini fisika," kata anak IPA.

Sekitar 300.000 tahun setelahnya, massa dan energi mulai menyatu menjadi struktur kompleks yang disebut atom, dan atom bergabung menjadi molekul. "Interaksi keduanya disebut kimia," kata anak IPA kembali.

Sekitar 4,7 milyar tahun lalu, di Bumi molekul-molekul tertentu bergabung membentuk struktur lebih besar dan lebih rumit yg dinamakan organisme. "Nah ini disebut biologi," masih kata anak IPA dengan bangganya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline