Lihat ke Halaman Asli

D A I N

mahasiswa

Angan yang Tak Mampu Menggapaimu

Diperbarui: 4 Mei 2024   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

koleksi pribadi

Rasanya seperti ribuan kupu-kupu beterbangan dalam perutnya ketika Theo menggenggam tangannya erat dan mengajaknya berlarian ke sebuah tanah lapang yang hijau oleh rerumputan. Sambil mengagumi sosok pria itu dari belakang yang tampak makin menawan bermandikan cahaya matahari pagi Louisa berpikir bahwa ia tak pernah menyangka pria yang ia sukai selama ini akhirnya menjadi kekasihnya, dan sekarang mereka saling berlarian dan tertawa bahagia. Genggaman Theo seolah memberitahu Louisa bahwa pria itu bersyukur karena memilikinya dan tidak akan pernah melepaskannya. Sosok Theo yang gagah dengan bahu lebar, lengan agak kekar dan tinggi badannya kini mengenakan kemeja lengan panjang berwarna putih yang bagian dadanya sedikit terbuka dan celana panjang dengan warna senada menambahkan kesan lembut pada diri Theo. Sedangkan Louisa tampak anggun dengan gaun lengan pendek sepanjang lutut dengan warna yang sama pula. Ia makin tersipu ketika Theo menoleh ke arahnya dan tersenyum kepadanya. Langit biru yang cerah, burung-burung berkicau yang terdengar bagai musik yang indah di telinga, kupu-kupu berwarna-warni beterbangan di atas bunga-bunga bermekaran di tepi lapangan itu menyaksikan sepasang kekasih yang berbahagia itu .

Mereka berhenti di tengah tanah lapang itu. Theo berbalik lalu menarik Louisa mendekat dan memeluknya. Ia menatap gadis itu dengan kasih sayang dan rasa cinta yang begitu dalam dan Louisa bisa melihatnya dari mata biru gelap pria itu. Tangan Theo menyelipkan helai-helai rambut Louisa ke belakang telinganya kemudian mengecup lembut keningnya. Sekali lagi mereka saling menatap sebelum Theo melepaskan pelukannya dan perlahan-lahan berjalan mundur menjauhi Louisa.

"Ayo, tangkap aku kalau kamu bisa." Ucap Theo kemudian berlari kecil menuju hutan yang tak jauh dari tempat mereka berada.

Louisa tertawa kecil mendengar ucapan konyol Theo kemudian berlari menyusulnya. Setelah memasuki hutan ia kehilangan Theo dan tidak melihatnya di mana-mana, padahal jarak mereka tadi tidak terlalu jauh.

"Theo! Di mana kamu?" teriak Louisa sambil mencari-cari sosok Theo, namun ia tidak melihatnya di manapun.

Louisa berlari kecil dan terus memasuki bagian dalam hutan, barangkali ia bisa bisa menyusul Theo dan menemukannya. Namun, lagi-lagi ia tidak menemukan sosok pria itu. Louisa terus mencari Theo hingga tanpa sadar sudah berjam-jam berlalu dan langit mulai beranjak malam. Ia mulai panik ketika ia menyadari keadaan di sekitar terlihat redup dan gelap. "Theo! Kamu di mana? Nggak lucu ya kamu! Ayo pulang, udah mau malam!"

Tiba-tiba ia mendengar sebuah suara seperti ranting kering yang terinjak. Louisa terkesiap. "Theo?!"

Ia berlari menghampiri tempat suara itu berasal. Namun, sesampainya di sana ia tidak menemukan apa-apa. Kemudian terdengar lagi suara yang sama dari arah yang berbeda dan Louisa berlari menghampirinya. Lagi-lagi ia tidak menemukan apa-apa. Napasnya tersengal. Ia berpikir barangkali itu hanya seekor tupai yang jatuh dari atas pohon dan tak sengaja mengenai ranting-ranting kering di atas tanah. Lalu kemudian mereka kembali memanjat ke atas pohon.

Hari semakin gelap dan malam pun akhirnya datang. Ribuan bintang yang berpendar menghiasi pekatnya langit malam dan rembulan yang tampak bulat sempurna menyumbangkan sedikit cahayanya untuk menerangi jalan Louisa menemukan Theo. Meskipun saat ini ia sudah merasa frustasi karena kegelapan yang membuat hutan itu tampak menyeramkan dan tersesat entah di mana, ia masih belum menyerah untuk mencari Theo. Ia tak ingin meninggalkan pria itu sendirian di hutan yang amat luas ini. Sesekali terbersit dalam pikirannya ia ingin pergi saja dari hutan itu dan meninggalkan Theo di hutan, lagi pula ia tidak tahu keberadaan pria itu, barangkali Theo diam-diam sudah keluar dari sana dan sekarang sudah berada di rumahnya sambil menikmati hangatnya perapian di ruang tengah sambil menonton acara kesukaannya. Tapi, perasaannya terhadap pria yang dicintainya itu melebihi rasa kesalnya dan ia pun terus melanjutkan pencariannya.

Semakin lama Louisa berada di sana semakin memuncak rasa cemasnya. Keringat dingin, jantung yang berdegup kencang, dan kepalanya tiba-tiba terasa berat. Belum lagi rasa lelah karena sudah berlarian ke sana-kemari dan sekarang ia merasa haus. Entah sudah berapa kali ia menghela napas berat. Ia mengedarkan pandangan, namun tak bisa melihat apapun. Ia juga tidak bisa mendengar suara lain selain napasnya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline