Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Pinisi, Pantun, dan Pencak Silat Diajukan ke UNESCO

Diperbarui: 27 April 2017   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peralatan pencak silat (Foto: Djulianto Susantio)

Pinisi, pantun, dan pencak silat telah diajukan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia atau Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO. Untuk itu Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, menyelenggarakan Pameran Pendukungan Warisan Budaya Takbenda Road to UNESCO. Pameran dibuka pada 25 April 2017, berlangsung hingga 28 April 2017. Tempat pameran Grha Insan Berprestasi, Gedung A lantai 1, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat.

Pameran ini merupakan salah satu bentuk publikasi kepada masyarakat bahwa Bangsa Indonesia merupakan bangsa dengan warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengajuan Warisan Budaya Takbenda ini, pengakuan komunitas/masyarakat bahwa Warisan Budaya Takbenda yang diusulkan memang milik komunitas/masyarakat dan memiliki nilai penting bagi komunitas/masyarakat tersebut.

Lien Dwiari Ratnawati memberikan sambutan (Foto: Djulianto Susantio)

Dalam Siaran Berita untuk pembukaan dikatakan, peran komunitas juga sangat penting dalam proses pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan yang digunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran masyarakat, kelompok, dan bila memungkinkan bagi individu yang mendukung warisan tersebut.

Lebih lanjut menurut siaran tersebut, pada Desember 2017 akan dibahas pinisi. Seni membuat perahu milik masyarakat Sulawesi Selatan ini diajukan oleh pemerintah Indonesia pada 2015. Sementara itu pantun yang diajukan bersama oleh Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Malaysia sebagai Multinational Nomination pada 2017 bakan dibahas dalam sidang UNESCO 2018. Selanjutnya pencak silat yang diajukan pada 2017 akan dibahas pada 2019.

Workshop tali-temali oleh pramuka (Foto: Berthold Sinaulan)

Sejak 2008 hingga 2015 telah ada tujuh Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang masuk daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Ketujuhnya adalah wayang, keris, batik, angklung, tari saman, noken, dan tari Bali.

Pembukaan pameran diawali sambutan Ketua Panitia Lien Dwiari Ratnawati dan Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Nadjamuddin Ramly. Undangan kemudian dihibur oleh pertunjukan lenong.

Pameran didukung oleh beberapa kegiatan, antara lain workshop tentang tali-temali oleh pramuka, workshop pantun oleh Asosiasi Tradisi Lisan, pertunjukan kesenian pencak silat, talkshow pantun, talkshow pencak silat, fun games, dan belajar bersama pendekar.***

 

  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline