Lihat ke Halaman Asli

Dinda novelia

Mahasiswa pendidikan sejarah dan sosiologi. because by writing I can capture my thoughts, and hope to benefit the reader

Menikah Itu Murah, yang Mahal Gengsinya

Diperbarui: 14 September 2019   15:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pernikahan mewah (Sumber: www.bridestory.com)

Setelah mendengarkan perbincangan antara bapak saya dan temannya yang berprofesi menjadi polisi hutan, pagi tadi saya termotivasi untuk menulis sebuah artikel yang bertopik tentang resepsi pernikahan.

"Menikah itu sebenarnya gampang dan murah, yang sulit dan mahal itu adalah gengsinya", begitulah kata bapak polisi hutan tadi.

Bagi beliau, resepsi pernikahan itu tidaklah penting, mengapa? Karena dalam sebuah pernikahan hanyalah tentang ijab qobul/pemberkatan saja yang menjadi titik tumpu nilai sahnya sebuah pernikahan dan kesakralan.

Sedangkan pesta adalah sebuah acara yang sebenarnya tidak wajib ada dalam sebuah pernikahan, "menikah itu yang penting ada pengantin pria, pengantin wanita, wali nikah, saksi, ijab qobul/pemberkatan dan mahar saja, sedangkan dekorasi pelaminan, dekorasi tempat acara pernikahan, undangan, kue pernikahan, catering, souvenir, sound system, dan tetek bengek lainnya bukanlah nilai paling utama dalam sebuah pernikahan", lanjut beliau.

Setelah saya fikir-fikir lagi, ternyata benar juga apa yang dikatakan oleh beliau. Resepsi atau pesta pernikahan kan nggak wajib, nggak ada aturan atau Undang-Undang yang mewajibkan dan mengharuskan untuk menggelar resepsi pernikahan, tradisi juga tidak mengharuskan, bahkan agama pun hanya menganjurkan semampunya saja tidak harus muluk-muluk.

Tapi seperti yang kita saksikan sendiri, betapa banyak sekali orang yang sangat antusias sekali terhadap sebuah resepsi pernikahan menggelarnya hingga 7 hari 7 malam. 

Bahkan ada yang terobsesi pula, yang mana sang calon pengantin bekerja siang, malam, kepanasan, kehujanan, kelelahan hanya untuk sebuah pesta pernikahan impian. Lalu hasil uang yang ia dapatkan habis dalam waktu sekejap dalam hitungan jam, itu pun tidak menjamin kepuasanya.

Dari sini, saya ingat beberapa waktu lalu ketika saya bersama teman-teman saya menghadiri sebuah pesta pernikahan salah satu teman kami, acaranya meriah sekali, bahkan dekorasinya nampak mewah. Salah satu yang menarik perhatian saya ialah, lebar panggung pelaminan yang mana panjangnya sekitar 10 meter lebih dan itu panjang sekali! 

Menurut kami, gaun pengantinnya pun sangat mewah sekali dan tidak pasaran atau tidak semua orang bisa menyewanya, karena harganya yang kurang lebih di atas 5 juta per gaun. Bahkan, dekorasi tempat resepsi, meja display, tempat makan para undangan, dan yang lainnya pun terkesan sangat mewah.

sumber: sheikahijab.net

Hiburan yang disajikan pun juga nampak mewah, begitu pula hidangan yang disajikan. Tidak lupa juga, berkat kue yang disajikan pun beragam, mulai dari kue dan masakan khas jawa, ada juga beberapa souvenir berupa Al-Qur'an serta beberapa sembako untuk kami bawa pulang. Yaaa maklum lah memang teman kami yang satu ini berasal dari kelas sosial yang levelnya lebih tinggi dari kami.

Nah saat menghadiri pesta pernikahan tersebut, salah satu teman laki-laki kami memberi tanggapan terhadap pesta tersebut "Kalo gue sih dari pada buat pesta pernikahan mewah-mewahan kayak gitu, mending uangya gue tabung aja atau gue jadiin modal buat usaha. Walaupun nikah tanpa resepsi yang penting keluarga dan temen deket ngumpul. Kehidupan kan gak cuma berhenti di pesta pernikahan aja, setelah nikah kan hidup masih terus berlanjut. Sah-sah aja sih kalo kita pengen bikin pesta gede-gede an itu hak semua orang kok. Tapi di balik pesta gede-gedean pasti ada biaya yang gak sedikit dongg."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline