Lihat ke Halaman Asli

Video Game: Hiburan, Konspirasi, dan Terorisme

Diperbarui: 10 Januari 2016   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Sebelum Anda menuduh penulis adalah seorang "anti-video game", penulis sendiri merupakan seorang gamer yang masih aktif sejak tahun 2000. Tulisan ini tidak mengandung konten yang membias dan tidak menyudutkan satu pihak. Pembaca dimohon untuk berpikiran terbuka dan tidak menyerang pihak lain.

Tragedi Paris bisa dibilang sudah tidak relevan lagi mengingat banyaknya tren dan berita baru dengan topik yang lebih “seksi” berlalu-lalang di internet. Namun, lukanya tak cepat padam, banyak yang masih berduka serta bersimpati mengenai jatuhnya korban di Paris tahun lalu. Terlihat dari masih adanya akun yang menggunakan filter bendera Perancis pada profile picturenya, entah itu karena masih tersisa trauma atau terlalu malas untuk mengganti penampang profilnya.

Trennya mungkin sudah lewat, namun bukan berarti telah dilupakan dan hilang dari muka dunia, apalagi dari internet. Sekali terpampang di internet, maka hal tersebut akan tetap tersimpan di sana – tragedi Paris bukan pengecualian. Masukkan keyword “Paris” dan Google akan memberikan ribuan sugesti terkait peristiwa pengeboman dan penembakan yang terjadi beberapa bulan lalu di kota romantis tersebut. Jutaan orang menyampaikan belasungkawa dan kepeduliannya terhadap korban yang berjatuhan, begitu pula blame terhadap Muslim in general. Tapi apakah hanya Muslim yang mendapat kecurigaan atas semua ini?

Tak ada yang menduga peristiwa tersebut akan terjadi. Tak ada yang menyangka bahwa Paris akan terkena aksi terorisme, or is it? Bagaimana jika skema tersebut telah diprediksi kurang-lebih 4 tahun ke belakang? Mengejutkannya, ribuan bahkan jutaan dari “kaum” ini mengaku merasakan de ja vu. Gamer di seluruh dunia hingga saat ini tengah mengutarakan kecurigaan mereka terhadap kemungkinan konspirasi yang ada dalam Battlefield 3, sebuah game kelas AAA yang dikembangkan Dice dan dipublikasikan oleh Electronic Arts.

 Game yang dirilis akhir tahun 2011 tersebut menuai banyak tanya dan kecurigaan, namun bukan tanpa alasan. Salah satu misi (level) yang terdapat dalam game tersebut berkisah mengenai bagaimana 3 orang agen Rusia mencoba memburu sekelompok teroris yang berbasis di Timur Tengah yang mencoba meledakkan nuklir di tengah kota Paris, namun pada akhirnya gagal menghentikan ledakan tersebut. Penembakan di jalan-jalan Paris memakan banyak korban yang berupa aparat keamanan, Paris dipenuhi radiasi, gedung-gedung rata dengan tanah, 80.000 jiwa terenggut.

[caption caption="Battlefield 3 menuai banyak tanya dan konspirasi dengan adanya misi yang mengambil tempat di Paris. Image source."][/caption]

            Skala pengeboman dan jumlah korban jiwa memang terlihat sangat kontras dari kenyataan, namun ada satu hal lagi yang memperkuat dugaan masyarakat akan adanya konspirasi dalam game shooter tersebut. Tanggal pengeboman dalam game tersebut adalah 13 November, cukup dekat dengan kejadian aslinya.Terkait pesan terselubung dalam game-game populer, Battlefield 3 bukanlah satu-satunya game yang menyiarkan propaganda perang dunia.

Pesaingnya, Call of Duty, telah merilis lebih banyak banyak seri game peperangan yang menyematkan propaganda mengenai korupnya pemerintahan, skema terorisme, dan hal terkait politik serta spionase lainnya. Rumor mengatakan bahwa Activision, pengembang seri game Call of Duty sebelum pengembangannya diserahkan kepada Sledgehammer, sempat bekerja sama dengan Pentagon untuk menyusun skema realistis operasi militer anti teroris dalam salah satu serinya. Banyak yang berpendapat bahwa Activision tengah mencoba membuka skenario perang Amerika terhadap negara lain.

Terdengar baik memang, ketika kita berpikir bahwa Activision seolah sedang membantu membongkar rencana busuk Amerika. Skema dan alur cerita yang terdapat dalam game biasanya diangkat berdasarkan kejadian di dunia nyata, yang berarti, berdasarkan apa yang pernah terjadi. Ataukah justru kemunculan game-game bertema peperangan modern inilah yang mengilhami para teroris di dunia? Jika memang benar, maka game tak hanya mempermudah para teroris untuk sekedar mencari ide skema saja – game bahkan dapat mempermudah koordinasi dan komunikasi antar agen.

Banyak medium yang dapat digunakan untuk berkomunikasi jarak jauh, salah satunya adalah melalui media sosial dan layanan chat. Namun, layanan tersebut dapat dengan sangat mudah dilacak dan disadap oleh pihak yang memiliki otoritas maupun hacker. Para teroris tidak kehabisan ide, nampaknya, mereka mulai mencari alternatif komunikasi lain yang tidak memiliki jejak dan tidak diawasi oleh pihak berwajib – melalui in-game chat. Kurang lebih seperti itulah dugaan sementara para kaum intelektual dan jurnalis.

Serangan terkoordinasi seperti Tragedi Paris tidak meninggalkan jejak di internet dalam bentuk percakapan maupun komunikasi lainnya membuat para penyelidik mencurigai adanya penggunaan layanan percakapan yang terenkripsi. Baik itu melalui Playstation 4 maupun app smartphone, alat enkripsi atau penyamar yang kuat sangat mudah didapatkan siapapun, bahkan kebanyakan gratis. (abc7ny.com, 16/11 18:33)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline