Lihat ke Halaman Asli

WARDY KEDY

Alumnus Magister Psikologi UGM

Kampanye di Medsos dengan "Preventative Behavior"

Diperbarui: 14 Agustus 2020   06:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi media sosial | Photo by George Pagan III on Unsplash

Perkembangan teknologi komunikasi terus mengalami percepatan dari waktu ke waktu. Perkembangan tersebut tentu ikut memengaruhi bagaimana proses komunikasi antar manusia. 

Sekadar contoh kasus, sebelum tahun 80-an masyarakat memakai saluran komunikasi melalui pesawat telepon, atau fax (faksimili), sementara itu dalam mendapatkan informasi hanya melalui media cetak (Surat Kabar/Koran) dan media elektronik (Televisi atau Radio).

Selepas tahun 90-an, dunia dikenalkan dengan kehadiran internet. Melalui perantara satelit, proses komunikasi dunia berubah total. Pada tahun 90-an itu pula ditemukan handphone (telepon genggam) yang kian memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi. 

Kini lebih berkembang lagi smartphone (gadget/acang) yang sudah cukup canggih/pintar. Kita tidak lagi harus berkomunikasi hanya melalui pesawat telepon dengan berada di suatu lokasi tertentu. 

Masyarakat bisa menelepon dan menerima telepon dimana saja asal ada sinyal dari layanan telekomunikasi tersebut. Lain lagi, dengan ditemukannya internet, masyarakat lebih dipermudah untuk memperoleh informasi secara cepat dan secara kuantitas juga banyak. Informasinya juga aktual. Mengirim pesan bisa memakai surat elektronik yang populer disebut dengan surel.

Perkembangan selanjutnya masyarakat dikenalkan dengan situs jejaring media sosial (Medsos). Media sosial (semisal, facebook, instagram dan twitter) mengubah proses komunikasi antar manusia secara revolusioner. Masyarakat semakin dipermudah dalam proses komunikasi tanpa sensor. Informasi apa saja bisa didapatkan di media sosial. 

Media sosial bisa digunakan untuk apa saja, bisa untuk menyebarkan informasi, alat propaganda, alat promosi, alat kampanye politik, sarana pendidikan, dan bahkan bisa berdampak buruk pada proses perceraian, menyebarkan isu SARA, saling menghujat, menyebarkan hoax, dan masih banyak lagi hal lain yang kita temukan dalam keseharian. 

Intinya, media sosial bisa dipakai/diakses oleh siapa saja dan untuk tujuan apa saja. Sekedar contoh, media sosial juga bisa dipakai seseorang untuk meningkatkan citra dan ketenaran. 

Seperti sekarang ini, menjelang Pilkada di beberapa daerah di Indonesia, ada banyak kesan-kesan positif diciptakan dan disebarluaskan oleh kandidat atau calon pemimpin melalui media sosial, baik milik sendiri maupun media sosial milik partai atau komunitas lainnya. 

Dari sini, jelaslah bahwa pengaruh media sosial sangat penting sebab dapat menciptakan semua realitas karena berfungsi sebagai window of reality.

Bagi saya, media sosial itu ibarat jendela. Coba kita bayangkan apa yang bisa kita ceritakan saat kita menyaksikan pemandangan lewat jendela. Apakah semua realitas yang kita lihat mencerminkan sepenuhnya yang terjadi di luar jendela itu (pemandangan)? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline