Lihat ke Halaman Asli

J Wicaksono

Praktisi Kesehatan ingin belajar menulis

Bara dan Badai, Kenangan Mei 1998 (Bagian 6)

Diperbarui: 3 Mei 2024   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana Kampanye Pemilu 1999 (Dokumen Kompas)

“Selamat Bapak Bara, terima kasih, anda memilih bergabung dengan kami. Saya harap anda bisa menjadi dinamisator PT (Perseroan Terbatas) ini. Seperti badan-badan negara lainnya, perusahaan ini juga berusaha melakukan restrukturisasi .Ya, sesuai dengan jaman yang berkembang” Bapak Dzulkifli, manager personalia BUMN Strategis memberikan selamat,”Selanjutnya anda akan kami tempatkan di HRD (Human, Research and Development) .Tepat di bawah saya. Tidak berat tugas kita di sini. Terpenting bagaimana kita siapkan setiap personil perusahaan ini agar mampu secara konsisten meningkat etos kerja-nya.’’

“Sama-sama Bapak. Insya Allah saya akan berusaha sekuatnya membantu tugas-tugas Bapak.”

Keduanya berjabat tangan. Keputusan Bara akhirnya adalah menerima pinangan BUMN. Memang, secara kepastian masa depan tidaklah secemerlang pilihan pertama. Namun, dengan bergabung dengan perusahaan pemerintah, setidaknya Bara berusaha membalas jasa negeri ini yang telah banyak diterima olehnya.

-

“Prend, siapa lagi yang akan memajukan bangsa ini kalau bukan kita ini kaum intelektual muda. Kalau boleh memilih aku akan memilih perusahaan yang jelas tujuannya membantu ekonomi bangsa ini. Ingat, belum kering darah rekan-rekan kita saat reformasi kemarin,” setidaknya, begitulah saran Badai yang beberapa hari lalu bertemu di kontrakkannya. Jujur, kata-kata itulah yang menyakinkan Bara bahwa keputusannya memang tepat.

“Iya Dai, kamu sekarang terjun langsung ke dunia politik, semoga dapat menekan kaum eksekutif yang coba macam-macam. Aku, akan berusaha lewat jalurku. Memang lebih panjang, tapi insya Allah akan memberi sumbangan berarti bagi semangat reformasi kita. Setidaknya dari sektor Riil.”

-

Hari-hari Badai pun dipenuhi jadwal yang amat padat. Karena, pemilihan umum (Pemilu) pertama untuk legislatif di era reformasi, semakin dekat. Rencana Pejabat Presiden yang saat itu menggantikan Sang Raja adalah awal juni tahun itu. Jadwal kegiatan Badai bagai artis sinetron (Sinema elektronik) kejar tayang yang sedang marak di televisi.

Subuh hingga tengah malam adalah jadwal kerjanya. Saat itu dia pun telah pindah, tinggal di salah satu pavilyun di rumah Sudjarwo yang besar di kawasan Menteng. Kunjungan ke daerah pun semakin sering dilakukan. Karena, meski masih muda, Badai menjadi salah satu anggota DPP (Dewan Pimpinan Pusat) di partainya. Posisinya adalah juru bicara partai.

-

“Bagaimana peluang kita di pemilu ini?” Sudjarwo yang memimpin rapat DPP bertanya kepada salah satu anggota yang bertanggung jawab pada masalah statistik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline